Kamis, 08 Mei 2025

Literasi Buku di Era Digital: Harapan Terhadap Anies Baswedan dan Pemimpin yang Peduli pada Budaya Baca

Literasi Buku di Era Digital: Harapan Terhadap Anies Baswedan dan Pemimpin yang Peduli pada Budaya Baca
Literasi Buku di Era Digital: Harapan Terhadap Anies Baswedan dan Pemimpin yang Peduli pada Budaya Baca

JAKARTA - Di tengah pesatnya perkembangan teknologi digital, buku dan perpustakaan menghadapi tantangan besar dalam menarik minat generasi muda. Daya tarik media digital, yang serba instan dan mudah diakses, menyebabkan minat membaca buku tradisional mulai menurun. Masalah ini menjadi perhatian serius banyak pihak, termasuk pengelola perpustakaan dan akademisi yang melihat pentingnya peran buku dalam perkembangan intelektual dan karakter generasi muda.

Salah satu tokoh yang mencatatkan perhatian besar terhadap literasi adalah Anies Baswedan, yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Indonesia. Program literasi yang digagasnya, yang mewajibkan siswa untuk membaca buku selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai, pernah menjadi bagian penting dari langkah untuk memajukan minat baca di kalangan pelajar. Saat ini, meskipun program tersebut telah berjalan beberapa waktu lalu, harapan akan kembalinya budaya literasi seperti itu tetap hidup, baik di kalangan masyarakat maupun pengelola perpustakaan.

Anies Baswedan dan Program Literasi yang Membekas

Baca Juga

Gempa Magnitudo 3.0 Guncang Bima NTB, BMKG Rilis Pusat Gempa dan Kedalamannya

Adhika Widyaparaka, Pengelola Perpustakaan Departemen Teknik Mesin dan Industri (DTMI) Universitas Gadjah Mada (UGM), mengungkapkan harapannya agar program literasi semacam ini dapat diterapkan kembali. Menurutnya, program literasi yang diwujudkan oleh Anies Baswedan saat menjadi Mendikbud sangatlah positif dan relevan untuk diteruskan. “Membaca buku bukan hanya sekadar memperoleh informasi, tetapi juga memperluas wawasan. Kita perlu terus mengingatkan generasi muda akan pentingnya kebiasaan membaca,” ujar Adhika.

Adhika juga menjelaskan bahwa manfaat dari membaca buku sangatlah banyak, di antaranya adalah peningkatan kemampuan berpikir, memperluas pengetahuan, dan meningkatkan kecerdasan emosional. “Orang yang gemar membaca umumnya lebih haus akan ilmu pengetahuan dan lebih mampu mengungkapkan isi pikiran dan perasaannya dengan lebih baik,” tambahnya. Hal ini menunjukkan pentingnya budaya membaca dalam membentuk individu yang kritis dan berpikiran luas.

Kondisi Perpustakaan dan Minat Baca di Kalangan Muda

Di Universitas Gadjah Mada (UGM), pengelola perpustakaan DTMI mencatatkan data menarik. Meskipun perkembangan digital telah mengubah cara masyarakat mengakses informasi, rata-rata pengunjung perpustakaan DTMI masih cukup stabil, mencapai sekitar 100 hingga 200 orang per hari. “Jumlah pengunjung ini sebenarnya masih bisa lebih tinggi, tetapi sudah cukup baik mengingat kami berada di era digital,” jelas Adhika.

Meskipun begitu, Adhika mengungkapkan bahwa tantangan utama yang dihadapi adalah mengubah persepsi masyarakat, terutama kalangan muda, tentang pentingnya perpustakaan dan buku fisik. “Di era sekarang, sangat disyukuri ketika anak muda masih datang ke perpustakaan. Mereka lahir dan tumbuh di era digital, tetapi mereka tetap membaca buku fisik, yang menjadi langkah positif untuk mendorong literasi,” tambahnya.

Namun, ia menekankan bahwa untuk memastikan perpustakaan tetap relevan di era digital ini, diperlukan inovasi dalam desain dan fungsinya. Perpustakaan tidak hanya sekadar tempat untuk menyimpan koleksi buku, karena koleksi buku dalam format digital pun kini bisa diakses dengan mudah melalui file PDF dan berbagai aplikasi online. Oleh karena itu, Adhika menyarankan agar perpustakaan dirancang sebagai tempat belajar yang interaktif, ruang berkumpul, dan pusat kegiatan yang lebih hidup.

Inovasi untuk Menarik Minat Baca di Era Digital

Menurut Adhika, inovasi adalah kunci untuk memastikan bahwa buku dan perpustakaan tetap menjadi pilihan utama bagi masyarakat. “Perpustakaan harus menjadi ruang hidup yang penting, tempat yang tidak hanya menyimpan buku, tetapi juga menjadi pusat kegiatan bagi masyarakat. Jika ini bisa terwujud, saya yakin lebih banyak orang yang akan datang dan membaca buku di perpustakaan,” katanya.

Adhika juga berharap masyarakat lebih banyak melibatkan diri dalam kegiatan membaca dan menyelami isi buku secara utuh. Hal ini diperlukan untuk memperkuat daya kritis dan memperluas wawasan, terutama di tengah maraknya informasi instan yang kurang terverifikasi di dunia digital. “Kita ingin membiasakan masyarakat, terutama generasi muda, untuk membaca buku dengan penuh perhatian, bukan hanya sekedar melalui layar digital yang serba cepat dan sering kali dangkal,” ujarnya.

Lebih lanjut, Adhika berharap agar gerakan membaca buku dapat lebih masif. “Gerakan membaca yang lebih luas dan lebih meluas sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang lebih cerdas, kritis, dan memiliki wawasan luas. Ini adalah tugas kita bersama, baik sebagai pengelola perpustakaan maupun masyarakat umum, untuk terus mendorong literasi,” katanya dengan penuh semangat.

Peran Pemimpin dalam Menumbuhkan Budaya Literasi

Adhika mengingatkan bahwa budaya literasi perlu dimulai sejak dini dan menjadi bagian dari kebijakan pendidikan yang lebih luas. Sosok seperti Anies Baswedan, dengan perhatian besarnya terhadap literasi, memberikan contoh bahwa pemimpin yang peduli terhadap dunia pendidikan dapat membuat perbedaan besar dalam menciptakan budaya baca yang kuat di kalangan masyarakat.

Melihat pentingnya literasi dalam pembentukan karakter dan pengembangan intelektual, banyak pihak berharap agar program literasi yang pernah digagas oleh Anies Baswedan pada masa jabatan sebagai Mendikbud dapat kembali dilanjutkan dan disesuaikan dengan kondisi terkini. Program seperti ini, menurut Adhika, tidak hanya akan memperkuat kebiasaan membaca, tetapi juga menjadi langkah positif dalam membangun generasi yang lebih cerdas dan siap menghadapi tantangan zaman.

Dengan terus mendukung gerakan literasi, diharapkan buku dan perpustakaan tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Tak hanya sekadar informasi, buku juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan memperkaya pandangan dunia, sesuatu yang sangat dibutuhkan di tengah era digital yang serba cepat dan informasi yang datang begitu melimpah.

Alif Bais Khoiriyah

Alif Bais Khoiriyah

Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Polytron Luncurkan Mobil Listrik G3 dan G3+, Dibanderol Mulai Rp 299 Juta, Tawarkan Fitur Canggih dan Desain Modern

Polytron Luncurkan Mobil Listrik G3 dan G3+, Dibanderol Mulai Rp 299 Juta, Tawarkan Fitur Canggih dan Desain Modern

Wuling Hadirkan Mobil Listrik di Dealer Resmi Bandung, Pilihan Cerdas dan Ramah Lingkungan

Wuling Hadirkan Mobil Listrik di Dealer Resmi Bandung, Pilihan Cerdas dan Ramah Lingkungan

Refleksi Anies Baswedan tentang Pendidikan yang Membebaskan: Menilik Pemikiran Paulo Freire

Refleksi Anies Baswedan tentang Pendidikan yang Membebaskan: Menilik Pemikiran Paulo Freire

Sri Mulyani Tegaskan APBN Peran Penting Menjaga Daya Beli di Tengah Ketidakpastian Global

Sri Mulyani Tegaskan APBN Peran Penting Menjaga Daya Beli di Tengah Ketidakpastian Global

Bupati Bogor Rudy Susmanto Alihkan Kendaraan Jimny DPUPR untuk Patroli dan Efisiensi Anggaran

Bupati Bogor Rudy Susmanto Alihkan Kendaraan Jimny DPUPR untuk Patroli dan Efisiensi Anggaran