Kamis, 08 Mei 2025

Refleksi Anies Baswedan tentang Pendidikan yang Membebaskan: Menilik Pemikiran Paulo Freire

Refleksi Anies Baswedan tentang Pendidikan yang Membebaskan: Menilik Pemikiran Paulo Freire
Refleksi Anies Baswedan tentang Pendidikan yang Membebaskan: Menilik Pemikiran Paulo Freire

JAKARTA - Pendidikan yang membebaskan menjadi tema sentral dalam refleksi terbaru Anies Rasyid Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta dan seorang akademisi yang berkomitmen pada perubahan sosial. Dalam video yang dipublikasikan melalui kanal YouTube pribadinya, Anies mengajak audiens untuk mendalami gagasan tokoh pendidikan radikal asal Brasil, Paulo Freire, yang dituangkan dalam karya monumentalnya, Pedagogy of the Oppressed (Pendidikan Kaum Tertindas).

Pendidikan: Alat Pembebasan atau Penindasan?

Anies membuka refleksi tersebut dengan menjelaskan pemikiran mendalam Paulo Freire mengenai peran pendidikan dalam masyarakat. Freire menekankan bahwa pendidikan tidak pernah bersifat netral. Sebaliknya, pendidikan adalah sebuah tindakan politik yang dapat memperkuat ketidakadilan sosial atau, di sisi lain, menjadi alat untuk pembebasan.

Baca Juga

Bupati Bengkalis Usulkan Pembangunan Tiga Dermaga Penyeberangan dan Pengalihan Status Jalan ke Menteri Perhubungan

“Pendidikan tradisional sering kali memperkuat struktur penindasan,” kata Anies, mengutip pernyataan Freire. Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa sistem pendidikan yang ada sering kali tidak menyentuh esensi perubahan sosial. Dalam konteks ini, pendidikan berfungsi lebih sebagai sarana untuk mempertahankan status quo ketimbang untuk memperbaiki kondisi sosial yang tidak adil.

Pendidikan Sebagai Sarana Kesadaran Kritis

Pedagogy of the Oppressed lahir dari pengalaman pribadi Freire yang tumbuh di Brasil pada masa krisis ekonomi. Freire menyadari bahwa pendidikan lebih dari sekadar alat untuk mengajarkan keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Bagi Freire, pendidikan adalah sarana untuk membangkitkan kesadaran kritis (conscientizaçao) yang memungkinkan individu untuk memahami realitas sosial mereka dan berupaya mengubah dunia.

Menurut Anies, Freire menolak keras sistem pendidikan tradisional yang dikenal dengan istilah "pendidikan gaya bank" (banking education). Dalam sistem ini, guru dianggap sebagai satu-satunya sumber pengetahuan, sementara murid berperan hanya sebagai tempat penyimpanan informasi. Model ini mengabaikan dinamika interaksi yang seharusnya ada dalam proses belajar.

“Pendidikan gaya bank memperlakukan murid seakan-akan mereka hanya penerima pasif dari informasi, tanpa ruang untuk bertanya atau mencipta,” ujar Anies. Freire mengusulkan sebuah pendekatan yang lebih inklusif dan interaktif, yaitu pendidikan dialogis.

Pendidikan Dialogis: Mengubah Paradigma Pembelajaran

Freire memperkenalkan konsep pendidikan dialogis, yang menggantikan pendekatan tradisional dengan interaksi yang lebih egaliter antara guru dan murid. Dalam model pendidikan ini, baik guru maupun murid saling belajar, saling bertukar ide, dan tumbuh bersama. Pendekatan ini membuka ruang bagi diskusi yang lebih kritis tentang berbagai isu sosial, serta memberikan kesempatan kepada murid untuk memahami dan mengubah realitas sosial mereka.

“Pendidikan dialogis adalah sebuah pendekatan yang sangat radikal pada masanya,” kata Anies, menyoroti betapa pentingnya pendekatan ini dalam menciptakan kesadaran kritis di kalangan masyarakat. Pendidikan tidak lagi sekadar proses mengumpulkan informasi, tetapi menjadi medium untuk membangun kesadaran bahwa ketidakadilan sosial tidak hanya bisa diubah, tetapi memang harus diubah.

Tiga Gagasan Utama dari Paulo Freire

Dalam video refleksinya, Anies merangkum tiga gagasan utama dari Pedagogy of the Oppressed yang relevan dengan kondisi pendidikan saat ini:

-Mengganti Pendidikan Gaya Bank dengan Pendidikan Dialogis
Sistem pendidikan tradisional yang hanya menekankan pada pengajaran sepihak harus digantikan dengan ruang belajar yang berbasis pada diskusi dan interaksi, bukan sekadar indoktrinasi.

-Membangun Kesadaran Kritis
Melalui konsep conscientizaçao, pendidikan harus menumbuhkan kesadaran bahwa ketimpangan sosial bukanlah hal yang alami dan harus diubah. Ini bukan hanya tentang pembelajaran teori, tetapi juga tentang bagaimana siswa dapat memahami dan bertindak untuk merubah dunia di sekitar mereka.

-Menyadari Bahwa Pendidikan Adalah Tindakan Politik
Setiap keputusan pendidikan, dari kurikulum hingga aksesibilitas, memiliki dampak politik yang nyata terhadap keadilan sosial. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak untuk mempertimbangkan implikasi politik dari kebijakan pendidikan yang diambil.

Anies menekankan bahwa Pedagogy of the Oppressed bukanlah bacaan yang mudah, tetapi justru dari kesulitan itu datang kekuatan untuk memaksa pembaca berpikir lebih kritis. Buku ini tidak hanya membuka wawasan tentang pendidikan, tetapi juga menantang kita untuk membayangkan dunia yang lebih adil melalui transformasi dalam sistem pendidikan.

Merenungkan Makna Pendidikan dalam Kehidupan Sosial

Menutup pembahasannya, Anies mengajak audiens untuk tidak hanya membaca buku ini, tetapi juga untuk merenungkan makna pendidikan dalam kehidupan sosial kita saat ini. Dalam dunia yang terus berubah, apakah pendidikan yang kita terima membebaskan kita untuk berpikir kritis dan mengubah dunia, atau justru mempertahankan ketidaksetaraan yang ada?

“Perubahan besar selalu dimulai dari cara kita memandang diri sendiri dan dunia di sekitar kita,” ungkap Anies, mengutip semangat Paulo Freire. Ia mengajak semua orang untuk menilai kembali sistem pendidikan yang ada, serta untuk berperan aktif dalam menciptakan perubahan yang lebih baik melalui pendidikan.

Melalui refleksi ini, Anies Baswedan tidak hanya mengajak kita untuk membaca buku Freire, tetapi juga untuk memperhatikan bagaimana pendidikan dapat menjadi instrumen pembebasan yang sejati, yang tidak hanya mengajarkan keterampilan, tetapi juga membentuk kesadaran kritis terhadap dunia sosial kita. Dengan pendekatan ini, pendidikan bisa menjadi kunci untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara.

Alif Bais Khoiriyah

Alif Bais Khoiriyah

Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Reaksi Erick Thohir Usai Timnas Futsal Putri Indonesia Kalah 2-5 dari Jepang di Piala Asia 2025: Tetap Semangat untuk Laga Berikutnya

Reaksi Erick Thohir Usai Timnas Futsal Putri Indonesia Kalah 2-5 dari Jepang di Piala Asia 2025: Tetap Semangat untuk Laga Berikutnya

8 Properti Mewah dan Fantastis Milik Bill Gates, Termasuk Rumah Seharga Rp 3 Triliun yang Dikenal sebagai Xanadu 2.0

8 Properti Mewah dan Fantastis Milik Bill Gates, Termasuk Rumah Seharga Rp 3 Triliun yang Dikenal sebagai Xanadu 2.0

Menteri UMKM Tegaskan Peran Strategis Perempuan dalam Mendorong Transformasi UMKM Menuju Ekonomi Kreatif Digital

Menteri UMKM Tegaskan Peran Strategis Perempuan dalam Mendorong Transformasi UMKM Menuju Ekonomi Kreatif Digital

Bansos Program Keluarga Harapan (PKH): Strategi Kemensos untuk Kurangi Kemiskinan dan Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Bansos Program Keluarga Harapan (PKH): Strategi Kemensos untuk Kurangi Kemiskinan dan Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Presiden Prabowo Resmi Tetapkan 9,4 Juta Penerima Bansos Gaji ke-13 PNS Tahun 2025, Cair Mulai Juni

Presiden Prabowo Resmi Tetapkan 9,4 Juta Penerima Bansos Gaji ke-13 PNS Tahun 2025, Cair Mulai Juni