Harga Batu Bara Menguat, Didukung Permintaan China dan Sentimen Geopolitik
- Selasa, 24 Juni 2025

JAKARTA - Harga batu bara global kembali mengalami penguatan pada perdagangan awal pekan ini. Tren kenaikan harga ini didorong oleh kombinasi faktor fundamental dan geopolitik, mulai dari potensi lonjakan permintaan dari China hingga memanasnya tensi konflik di Timur Tengah.
Harga batu bara termal Newcastle untuk kontrak Juni 2025 tercatat naik sebesar US$ 0,65 atau 0,61 persen menjadi US$ 107,25 per ton. Sementara itu, untuk kontrak Juli 2025, harga mengalami kenaikan sebesar US$ 0,7 menjadi US$ 112,95 per ton. Kontrak Agustus 2025 juga menguat US$ 0,2 menjadi US$ 114,2 per ton.
Kenaikan harga tidak hanya terjadi di pasar Newcastle, Australia. Harga batu bara di pasar Rotterdam, Belanda, juga mencatatkan penguatan. Kontrak Juni 2025 naik US$ 0,7 menjadi US$ 104,45 per ton. Sementara kontrak Juli 2025 naik US$ 0,9 menjadi US$ 107,95 per ton, dan kontrak Agustus 2025 meningkat US$ 0,85 menjadi US$ 108,65 per ton.
Baca JugaApakah Cadangan BatuBara Indonesia Masih Kompetitif di Masa Depan?
Penguatan harga batu bara yang terjadi secara simultan di dua pasar utama dunia ini menjadi indikasi kuat bahwa permintaan global untuk komoditas energi tersebut mengalami peningkatan, terutama di kawasan Asia.
Lonjakan Permintaan dari China Jadi Faktor Utama
Salah satu pendorong utama tren kenaikan harga batu bara saat ini adalah potensi meningkatnya permintaan dari China. Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut diproyeksikan akan meningkatkan impor batu bara dalam waktu dekat.
Research and Development ICDX, Girta Yoga, mengatakan bahwa permintaan batu bara dari China berpotensi meningkat akibat adanya gangguan produksi di dalam negeri. Pemerintah China memutuskan untuk menghentikan sementara aktivitas produksi di kawasan pertambangan batu bara utama di Shanxi. Penghentian aktivitas tersebut dijadwalkan berlangsung sekitar 10 hari sebagai bagian dari langkah evaluasi keselamatan tambang.
“Pekan ini harga batu bara masih dalam tren naik. Itu karena ditopang oleh potensi permintaan batu bara oleh China yang meningkat, seiring penghentian sementara aktivitas produksi di pusat pertambangan batu bara Shanxi,” ujar Yoga dalam keterangan tertulisnya.
Sebagai informasi, Shanxi merupakan salah satu wilayah produsen batu bara terbesar di China. Setiap gangguan pasokan dari wilayah tersebut selalu memberikan dampak langsung terhadap kebutuhan energi domestik di Tiongkok, terutama untuk sektor pembangkit listrik dan industri manufaktur.
Jika gangguan pasokan ini berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan, maka diproyeksikan harga batu bara global akan mengalami lonjakan lanjutan, terutama jika disertai peningkatan aktivitas industri jelang musim dingin mendatang.
Pengaruh Konflik Geopolitik Timur Tengah
Selain dari sisi fundamental, sentimen geopolitik turut berkontribusi terhadap penguatan harga batu bara. Konflik antara Israel dan Iran yang kembali memanas menjadi faktor pendorong kenaikan harga komoditas energi global, khususnya minyak mentah.
Meskipun dampak langsung dari konflik tersebut lebih dirasakan oleh pasar minyak, keterkaitan antar-komoditas energi turut membawa dampak tidak langsung bagi pasar batu bara dan gas alam.
“Dampak dari konflik Israel dan Iran lebih mempengaruhi harga minyak mentah secara langsung. Namun, sebagai salah satu komoditas energi, kenaikan harga minyak mentah juga berpotensi mendorong harga energi lain seperti gas alam dan batu bara,” jelas Yoga.
Secara historis, fluktuasi harga minyak global memang seringkali diikuti oleh perubahan harga batu bara, terutama ketika para pelaku pasar melihat peluang arbitrase antar-komoditas energi untuk kebutuhan pembangkit listrik atau industri berat.
Proyeksi Harga Batu Bara dalam Jangka Pendek
Melihat kondisi pasar saat ini, analis memproyeksikan harga batu bara akan bergerak di kisaran resistance US$ 110 hingga US$ 111,5 per ton. Level resistance ini menjadi acuan penting bagi para pelaku pasar untuk menentukan arah perdagangan selanjutnya.
Namun demikian, jika dalam beberapa waktu ke depan terdapat katalis negatif seperti kembalinya produksi batu bara di Shanxi lebih cepat dari jadwal atau meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, harga batu bara diprediksi akan mengalami koreksi.
“Harga batu bara diprediksi bergerak pada level resistance di kisaran harga US$ 110-111,5 per ton. Apabila mendapat katalis negatif, maka harga berpotensi turun menuju level support di kisaran harga US$ 105 - 103,5 per ton,” ujar Yoga.
Kendati demikian, pelaku pasar tetap perlu mencermati perkembangan terbaru, baik dari sisi permintaan negara importir utama seperti China maupun perkembangan kondisi geopolitik dunia.
Tren Batu Bara Masih Dibayangi Transisi Energi Global
Meski harga batu bara mengalami penguatan jangka pendek, tren jangka panjang komoditas ini masih dibayangi oleh isu transisi energi global menuju energi bersih dan terbarukan. Sejumlah negara besar seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang telah berkomitmen untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, termasuk batu bara.
Indonesia sebagai salah satu produsen batu bara terbesar dunia juga telah mulai mengalihkan kebijakan energi nasional menuju penggunaan energi terbarukan, sejalan dengan target Net Zero Emission (NZE) 2060.
Namun dalam jangka pendek hingga menengah, kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik di Asia, khususnya China, India, dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya, masih akan menjadi faktor pendukung harga batu bara global.
Kenaikan harga batu bara global pada awal pekan ini didorong oleh meningkatnya permintaan dari China akibat gangguan produksi di wilayah pertambangan Shanxi serta sentimen positif dari kenaikan harga minyak mentah akibat konflik geopolitik Timur Tengah.
Dengan potensi lonjakan permintaan dan ketidakpastian geopolitik, harga batu bara masih akan bergerak fluktuatif dalam jangka pendek. Para pelaku pasar disarankan untuk mencermati perkembangan dari kedua faktor utama tersebut untuk menentukan arah perdagangan selanjutnya.

Mazroh Atul Jannah
Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Maccaferri Perkuat Infrastruktur Berkelanjutan Lewat Teknologi dan TKDN
- Selasa, 24 Juni 2025
Oppo Reno 14 5G Resmi Meluncur dengan Kamera Selfie 50 MP dan Fast Charging 80W
- Selasa, 24 Juni 2025
Xiaomi Smart Band 10 Muncul di Situs Retail Jelang Peluncuran Resmi 30 Juni 2025
- Selasa, 24 Juni 2025
Berita Lainnya
Techno Camon 60 vs Poco M6 Pro: Perbandingan Terbaik di Kelas Mid-Range 2025
- Selasa, 24 Juni 2025