Kamis, 08 Mei 2025

Bank Indonesia Turunkan Outstanding SRBI, Perkuat Penyerapan Likuiditas ke Masyarakat

Bank Indonesia Turunkan Outstanding SRBI, Perkuat Penyerapan Likuiditas ke Masyarakat
Bank Indonesia Turunkan Outstanding SRBI, Perkuat Penyerapan Likuiditas ke Masyarakat

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) mengambil langkah strategis untuk mengurangi outstanding Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) secara bertahap, dengan tujuan utama agar likuiditas yang ada dapat lebih banyak diserap oleh masyarakat. Kebijakan ini menjadi bagian dari upaya BI untuk memperlancar aliran dana ke sektor industri dan masyarakat guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pada Taklimat Media yang digelar Rabu, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Erwin Gunawan Hutapea, menjelaskan bahwa penurunan outstanding SRBI akan membantu melonggarkan likuiditas di pasar. Langkah ini diharapkan dapat mempercepat aliran dana ke sektor riil, yang mencakup industri dan masyarakat, guna mendukung roda perekonomian.

"Karena kuncinya dilonggarkan, likuiditasnya akan mengalir ke industri itu lebih banyak. Nah sehingga sebagai bagian dari upaya itu, untuk SRBI secara bertahap BI melakukan penurunan outstanding," ujar Erwin dalam penjelasannya.

Baca Juga

Harga Emas Hari Ini: Lonjakan Harga Emas Antam, UBS, dan Galeri24 di Pegadaian Menjadi Sorotan

Penurunan Outstanding SRBI, Menurunkan Ketergantungan pada Instrumen Pasar Uang

Erwin menambahkan bahwa outstanding SRBI tercatat menurun menjadi Rp881,86 triliun, sebuah penurunan sebesar 4,5 persen secara year to date (YtD) dibandingkan dengan akhir tahun 2024 yang masih berada di angka Rp923,53 triliun. Penurunan ini menjadi indikasi nyata bahwa BI sedang berusaha melepaskan likuiditas ke pasar untuk lebih dimanfaatkan oleh sektor perbankan, yang kemudian dapat disalurkan dalam bentuk kredit kepada industri dan masyarakat.

"Ini menunjukkan BI mencoba merilis likuiditas yang ada untuk bisa digunakan oleh perbankan. Volume pasar uang terjaga cukup baik sebagai refleksi dari market yang well-functioning, volume pasar valasnya juga meningkat, menunjukkan bahwa pasar kita mampu memfasilitasi pihak-pihak, baik itu korporasi," ungkap Erwin.

Kebijakan pengurangan SRBI ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pasar pada instrumen pasar uang yang digunakan oleh BI untuk menyerap likuiditas. Dengan adanya kebijakan ini, diharapkan likuiditas akan lebih mengalir ke sektor-sektor yang membutuhkan, termasuk sektor kredit yang akan membantu mendukung perekonomian Indonesia.

Pertumbuhan Ekonomi dan Kebijakan Makroprudensial

Penurunan outstanding SRBI juga terkait dengan upaya BI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada kuartal I 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 4,87 persen year on year (YoY), sebuah angka yang lebih rendah dibandingkan dengan 5,02 persen YoY pada kuartal IV-2024, serta lebih rendah daripada 5,11 persen YoY pada kuartal I-2024.

Dengan kondisi ini, BI berusaha untuk mempermudah perbankan dalam menyalurkan kredit agar dapat mempercepat pemulihan ekonomi. Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang telah diterapkan sebelumnya diharapkan mampu memberikan insentif bagi perbankan untuk lebih agresif dalam menyalurkan kredit, meskipun tantangan dalam penyaluran kredit masih tetap ada.

"Meskipun sudah ada insentif Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM), perbankan masih seret menyalurkan kreditnya," kata Erwin, yang menekankan pentingnya kebijakan ini dalam mempercepat aliran likuiditas.

Koordinasi Fiskal-Moneter dan Potensi Penggunaan SRBI di Masa Depan

Penting untuk dicatat bahwa kebijakan penurunan outstanding SRBI ini juga berkaitan dengan kebutuhan pemerintah yang akan meningkatkan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) secara lebih agresif atau front-loading. Penurunan SRBI diharapkan akan memberikan ruang bagi pemerintah untuk meningkatkan penerbitan SBN guna mendukung pembiayaan fiskal, sementara di saat yang sama likuiditas di pasar uang tetap terjaga.

Ekonom dari Bank Danamon, Hosianna Evalita Situmorang, mengungkapkan bahwa penurunan outstanding SRBI ini memperhitungkan potensi kebijakan fiskal yang lebih ekspansif. Menurutnya, ruang penurunan outstanding SRBI masih terbuka sepanjang likuiditas perbankan tetap terjaga dan koordinasi antara kebijakan fiskal dan moneter tetap solid.

“Ruang penurunan SRBI kemungkinan masih terbuka ke depan, selama likuiditas perbankan tetap terjaga dan koordinasi fiskal-moneter tetap solid,” ujar Hosianna.

Selain itu, Hosianna juga mengingatkan bahwa meskipun penurunan outstanding SRBI dilakukan, instrumen ini tetap memiliki potensi untuk digunakan BI guna menstabilkan nilai tukar rupiah, terutama di tengah volatilitas yang terjadi di pasar global.

Menjaga Stabilitas Rupiah dan Fleksibilitas Kebijakan BI

Di tengah dinamika ekonomi global, instrumen SRBI tetap menjadi opsi yang fleksibel bagi BI untuk mengelola likuiditas domestik. Dalam menghadapi tantangan eksternal seperti tekanan pada nilai tukar rupiah, penggunaan SRBI sebagai alat stabilisasi rupiah tetap menjadi pilihan utama untuk menarik aliran modal asing.

Dengan langkah penurunan outstanding SRBI ini, BI menunjukkan komitmennya dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia sambil mendorong pertumbuhan ekonomi domestik melalui aliran likuiditas yang lebih besar ke sektor perbankan dan industri.

Alif Bais Khoiriyah

Alif Bais Khoiriyah

Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Cara Tarik Tunai DANA di ATM BCA Tanpa Kartu Debit: Syarat, Biaya, dan Langkah-langkah Praktis

Cara Tarik Tunai DANA di ATM BCA Tanpa Kartu Debit: Syarat, Biaya, dan Langkah-langkah Praktis

Saham BSI Melonjak Tajam, Laba Tembus Rp1,88 Triliun Berkat Bisnis Emas dan Transformasi Digital

Saham BSI Melonjak Tajam, Laba Tembus Rp1,88 Triliun Berkat Bisnis Emas dan Transformasi Digital

OJK Resmikan Indeks Akses Keuangan Daerah (IKAD) untuk Dorong Akses Keuangan Merata di Seluruh Indonesia

OJK Resmikan Indeks Akses Keuangan Daerah (IKAD) untuk Dorong Akses Keuangan Merata di Seluruh Indonesia

Bank DKI Siap Melantai di Bursa Efek Indonesia, IPO Segera Dilaksanakan Setelah Mendapat Restu Pemegang Saham

Bank DKI Siap Melantai di Bursa Efek Indonesia, IPO Segera Dilaksanakan Setelah Mendapat Restu Pemegang Saham

Harga Emas Antam Naik Tajam Jadi Rp 1,931 Juta per Gram, Dipicu Tren Positif Pasar Global

Harga Emas Antam Naik Tajam Jadi Rp 1,931 Juta per Gram, Dipicu Tren Positif Pasar Global