Makanan yang Kamu Konsumsi Bisa Pengaruhi Kesehatan Anak Cucu Pentingnya Nutrisi Sejak Dini
- Jumat, 02 Mei 2025

JAKARTA – Makanan yang kita konsumsi tidak hanya memengaruhi kesehatan tubuh saat ini, tetapi juga dapat berpengaruh pada kesehatan generasi berikutnya. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa kualitas nutrisi yang kita asup dapat mempengaruhi epigenetik, yakni cara tubuh membaca dan mengekspresikan kode genetik (DNA). Fenomena ini menunjukkan bahwa pola makan yang buruk dapat mengubah cara tubuh kita mengekspresikan gen, yang pada gilirannya memengaruhi fungsi dan perkembangan sel, serta kesehatan generasi anak cucu kita di masa depan.
Nutrisi dan Epigenetik: Pengaruh yang Terus Terjadi
Epigenetik berfungsi mengatur gen mana yang perlu diekspresikan dan mana yang perlu dihentikan. Namun, asupan nutrisi yang buruk dapat mengganggu proses ini. Misalnya, sering mengonsumsi makanan yang tinggi gula dapat memengaruhi pola epigenetik pada sperma laki-laki, yang pada akhirnya dapat menurunkan kesuburan dan berisiko diwariskan ke keturunannya. Sebuah studi yang mengamati efek kelaparan di Belanda (1944-1945) dan Suihua, China (1959-1961), juga menunjukkan bahwa kekurangan nutrisi saat hamil meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan penyakit ginjal lintas generasi.
Baca Juga
Menurut Dr. Anna Sutrisna, seorang ahli gizi dari Universitas Indonesia, "Kualitas nutrisi yang buruk pada ibu hamil dapat mengganggu perkembangan janin, bahkan bisa meningkatkan risiko kelainan genetik dan gangguan metabolik pada keturunan. Ini adalah contoh nyata bagaimana pola makan yang buruk sekarang bisa berdampak pada generasi mendatang."
Pentingnya Asupan Nutrisi Sejak Dini untuk Kesehatan Generasi Mendatang
Pentingnya memenuhi kebutuhan nutrisi dengan kualitas yang baik sejak dini sangatlah krusial. Hal ini tidak hanya berperan untuk menjaga kesehatan tubuh kita saat ini, tetapi juga untuk memastikan kesehatan anak cucu kita di masa depan. Oleh karena itu, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memastikan semua orang, terutama ibu hamil dan anak-anak, memiliki akses terhadap nutrisi yang sehat dan bergizi.
Strategi Mengatasi Kekurangan Mikronutrisi di Indonesia
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengidentifikasi kekurangan mikronutrisi sebagai masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Mikronutrisi penting seperti asam folat, zat besi, vitamin B12, vitamin D, dan yodium berperan besar dalam kesehatan tubuh dan kualitas epigenetik kita. Misalnya, kekurangan yodium pada ibu hamil dapat menyebabkan anemia yang meningkatkan risiko kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, hingga keguguran. Sementara itu, kekurangan asam folat pada ibu hamil dapat menyebabkan cacat tabung saraf pada janin dan gangguan pertumbuhan pada anak.
“Sayangnya, Indonesia belum memiliki data yang lengkap mengenai status mikronutrisi masyarakat, terutama asam folat, zat besi, dan berbagai vitamin esensial. Program cek kesehatan gratis yang diluncurkan baru-baru ini diharapkan dapat mencakup pendataan mikronutrisi di seluruh daerah,” ungkap Dr. Eka, seorang epidemiolog dari Kemenkes.
Pentingnya Edukasi Masyarakat Tentang Nutrisi
Untuk mengatasi masalah kekurangan mikronutrisi ini, edukasi kepada masyarakat sangatlah penting. Beberapa mikronutrisi yang diperlukan tubuh dapat diperoleh secara alami dari sayuran hijau, kacang-kacangan, ikan, serta olahan kedelai seperti tempe dan tahu. Namun, World Health Organization (WHO) juga merekomendasikan penambahan bahan makanan pokok dengan mikronutrisi seperti asam folat, vitamin A, zat besi, dan yodium untuk mencukupi kebutuhan tubuh.
Sayangnya, meskipun garam beryodium sudah dikenal luas, hanya 55% rumah tangga di Indonesia yang menggunakan garam sesuai dengan standar kesehatan. Oleh karena itu, perlu ada upaya yang lebih besar untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan bergizi, serta dampak buruk dari kekurangan mikronutrisi bagi tubuh.
Mengurangi Konsumsi Gula dan Lemak: Menghindari Risiko Kesehatan Jangka Panjang
Konsumsi makanan tinggi gula dan lemak, terutama yang diproses, juga dapat mempengaruhi keseimbangan epigenetik dalam tubuh. Makanan tinggi gula dan lemak ini meningkatkan risiko berbagai penyakit degeneratif seperti obesitas, diabetes, dan bahkan kanker. Laporan UNICEF 2024 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, sering mengonsumsi makanan dan minuman tinggi gula, garam, dan lemak berlebih setiap hari.
Sebagai langkah preventif, pemerintah perlu lebih gencar mengedukasi masyarakat untuk mengurangi konsumsi gula dan lemak, serta memperkenalkan kebijakan seperti cukai pada minuman berpemanis yang direncanakan dimulai pada paruh kedua 2025. Selain itu, pemerintah juga perlu menerapkan regulasi untuk mencantumkan label pada kemasan makanan dan minuman yang mengandung gula dan lemak tinggi, seperti halnya label peringatan pada bungkus rokok.
“Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa konsumsi makanan bukan hanya soal memenuhi rasa lapar, tapi juga berpengaruh pada kesehatan jangka panjang, baik untuk diri sendiri maupun untuk generasi yang akan datang,” ujar Dr. Sutrisna.

Yoga
Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.