Model Bisnis Media Cetak Vs Online: Tantangan, Peluang, dan Arah Masa Depan Industri Berita
- Senin, 05 Mei 2025

JAKARTA – Perkembangan teknologi digital dalam dua dekade terakhir telah mengubah wajah industri media secara drastis. Jika dulu media cetak seperti koran dan majalah menjadi sumber utama informasi, kini dominasi tersebut bergeser ke platform media online yang menawarkan kecepatan, efisiensi, dan kemudahan akses dalam penyebaran berita.
Menurut laporan Pew Research Center. internet telah merevolusi cara masyarakat mengonsumsi informasi. Masyarakat kini lebih mengandalkan media daring dibanding media cetak karena penyajian berita secara real-time dan dapat diakses kapan saja. Hal ini menuntut seluruh pelaku industri media untuk merumuskan kembali model bisnis mereka agar dapat bertahan di era digital.
"Industri media harus mengadopsi model bisnis baru, baik secara daring maupun cetak, demi kelangsungan hidupnya di tengah disrupsi digital yang masif," demikian kutipan dari laporan WAN-IFRA.
Baca JugaHarga Emas Antam Naik Tipis Jadi Rp1,905 Juta per Gram pada 5 Mei 2025, Buyback Ikut Terkerek
Model Bisnis Media Cetak: Biaya Tinggi, Kredibilitas Tinggi
Selama bertahun-tahun, media cetak konvensional bergantung pada dua pilar utama pendapatan, yakni penjualan fisik dan iklan. Pendapatan diperoleh dari pelanggan yang membeli produk cetak serta perusahaan yang memasang iklan di dalamnya. Namun, biaya operasional media cetak sangat tinggi karena harus mencakup gaji wartawan, editor, biaya kertas, percetakan, hingga distribusi ke berbagai wilayah.
Pew Research Center (2020) mencatat bahwa iklan sering kali menyumbang lebih banyak pendapatan dibandingkan penjualan langsung. Tetapi realitas menunjukkan bahwa sekitar 60–70 persen anggaran operasional media cetak habis untuk keperluan logistik dan produksi fisik (WAN-IFRA)
"Media cetak tetap memiliki keunggulan dalam hal loyalitas pembaca dan kredibilitas konten, khususnya di kalangan masyarakat usia lanjut dan komunitas terpencil," jelas laporan Pew Research Center.
Namun, tantangan yang dihadapi sangat berat. Banyak perusahaan media cetak harus mengurangi jumlah halaman, menaikkan harga, bahkan menutup operasional karena pendapatan yang menurun tajam.
Model Bisnis Media Online: Fleksibel dan Cepat, Tapi Kompetitif
Sementara itu, media online berkembang dengan model bisnis yang lebih ramping dan efisien. Biaya distribusi dapat ditekan karena berita hanya perlu diunggah ke situs web tanpa harus dicetak dan dikirim. Keunggulan ini membuat banyak pelaku industri media beralih ke platform digital.
Namun, aliran pendapatan media online juga mengalami pergeseran. Menurut Newman et al. media daring kini mengandalkan kombinasi dari iklan digital, sponsor konten, donasi pembaca, serta langganan premium.
"Banyak media digital bergantung pada traffic tinggi untuk menarik iklan, yang kemudian memunculkan tren clickbait, berita sensasional, hingga penyebaran hoaks," tulis Reuters Institute.
Meski biaya operasional lebih rendah, media online menghadapi kompetisi ketat dengan raksasa teknologi seperti Google dan Meta (Facebook), yang mendominasi pasar iklan digital karena keunggulan dalam pengumpulan data pengguna dan jangkauan audiens.
Strategi Bertahan: Personalisasi, Komunitas, dan Diversifikasi
Industri media, baik cetak maupun daring, harus terus berinovasi untuk bertahan. Salah satu strategi yang kini banyak diadopsi adalah memperkuat hubungan dengan audiens melalui konten eksklusif, newsletter berbayar, dan forum diskusi komunitas.
"Media yang mampu membangun komunitas pembaca yang aktif dan setia akan memiliki keunggulan signifikan di masa depan," ujar laporan The Guardian.
Selain itu, pendekatan baru seperti webinar, workshop virtual, hingga penjualan merchandise juga menjadi alternatif sumber pemasukan. Iklan tradisional berbasis klik (Google Ads, Facebook Ads) dinilai semakin jenuh dan menghasilkan margin yang rendah.
Reuters Institute (2023) mencatat, fitur interaktif seperti polling, kolom komentar, dan sesi tanya jawab langsung kini menjadi bagian penting dalam strategi membangun keterlibatan audiens. Model bisnis media kini tak hanya soal menjual berita, tapi juga membangun ekosistem komunitas.
Masa Depan Media: Inovasi Jadi Kunci
Kesimpulannya, perubahan lanskap media bukan hanya soal peralihan dari kertas ke layar, tetapi juga soal evolusi model bisnis. Media cetak menghadapi tekanan besar karena tingginya biaya produksi dan menurunnya pembaca, sementara media online harus bersaing dalam ekosistem digital yang kompetitif dan rentan terhadap degradasi kualitas konten.
Transformasi ini menandai era baru bagi industri informasi. Inovasi, adaptasi terhadap kebutuhan audiens, dan kemampuan menjalin hubungan jangka panjang dengan pembaca akan menjadi kunci utama keberhasilan media masa depan.
"Model bisnis media masa depan akan sangat bergantung pada inovasi dan kemampuan untuk membangun relasi langsung dengan audiens," demikian pernyataan penutup dalam laporan Reuters Institute.
Dengan begitu, siapa pun yang ingin bertahan dalam industri media di era digital ini harus lebih dari sekadar menyampaikan berita—mereka harus menjadi pusat dari komunitas informasi yang hidup dan dinamis.

Alif Bais Khoiriyah
Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.