Eramet Jajaki Investasi Smelter Nikel Bersama Danantara, Targetkan MoU Akhir Mei
- Jumat, 09 Mei 2025

JAKARTA — Perusahaan pertambangan asal Prancis, Eramet Indonesia, tengah menjalin komunikasi awal dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) guna membuka peluang kerja sama investasi di sektor hilirisasi nikel di Indonesia. Diskusi tersebut masih berada dalam tahap awal, dan belum menghasilkan kesepakatan resmi terkait bentuk proyek maupun skema investasi yang akan dilakukan.
Menurut informasi yang dihimpun, potensi kerja sama ini difokuskan pada rencana akuisisi saham salah satu fasilitas smelter high pressure acid leach (HPAL) milik Huayou Cobalt yang berlokasi di Kawasan Industri Weda Bay, Maluku Utara. Fasilitas tersebut merupakan bagian penting dari rantai pasok bahan baku baterai kendaraan listrik, khususnya dalam pengolahan nikel menjadi material aktif baterai.
Danantara Incar Investasi Strategis di Rantai Pasok Mineral Kritis
Baca Juga
Danantara, sebagai lembaga investasi negara yang relatif baru, menunjukkan minat kuat untuk memperkuat portofolio di sektor mineral kritis, termasuk nikel. Komoditas ini semakin strategis karena menjadi bahan utama dalam pengembangan baterai kendaraan listrik (EV battery), yang permintaannya terus meningkat secara global.
“Sejak awal pendirian, Danantara memang memiliki fokus untuk masuk ke sektor-sektor strategis nasional, salah satunya adalah rantai pasok nikel yang memiliki peran penting dalam transisi energi global,” ujar sumber internal yang tidak disebutkan namanya dalam laporan awal.
Jika negosiasi ini berhasil, kerja sama tersebut akan menjadi langkah awal Danantara dalam investasi besar pada sektor hilirisasi nikel Indonesia, sekaligus membuka jalan bagi kolaborasi ekonomi antara Indonesia dan Eropa melalui perusahaan seperti Eramet.
Perkuat Posisi Indonesia dalam Hilirisasi Mineral
Bagi Eramet, kerja sama ini menjadi bagian dari strategi memperkuat eksistensi perusahaan dalam industri hilirisasi mineral di Asia Tenggara. Dengan keterlibatan Danantara melalui holding BUMN pertambangan MIND ID, potensi sinergi antar kedua pihak dipandang strategis untuk memperluas pengaruh di sektor pengolahan dan pemurnian nikel.
“Kerja sama ini akan memperkuat posisi Eramet di sektor hilirisasi mineral dan membangun kemitraan strategis yang lebih erat antara Indonesia dan Eropa,” tulis pernyataan Eramet secara resmi dalam siaran pers internal.
Keberadaan fasilitas HPAL di Weda Bay juga dinilai sangat prospektif karena berdekatan dengan pusat industri nikel lainnya serta memiliki infrastruktur pendukung yang telah berkembang dengan baik.
Target Penandatanganan MoU Akhir Mei
Proses negosiasi yang sedang berlangsung diarahkan pada penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara kedua pihak paling lambat pada akhir Mei 2025. Namun, sejumlah isu teknis dan komersial masih terus dibahas untuk memastikan kesesuaian strategi dan kepentingan masing-masing.
Danantara direncanakan akan masuk sebagai mitra investasi melalui dukungan dari MIND ID, yang juga mengelola sejumlah aset strategis nasional di sektor pertambangan dan energi. Langkah ini dipandang sebagai bentuk nyata keterlibatan pemerintah Indonesia dalam mendorong akselerasi hilirisasi nikel.
Investasi Nikel Jadi Sorotan Global
Seiring dengan meningkatnya permintaan global terhadap kendaraan listrik, sektor nikel Indonesia kini menjadi perhatian dunia. Indonesia diketahui memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, dan pemerintah tengah giat mendorong nilai tambah dalam negeri melalui program hilirisasi mineral.
Presiden Joko Widodo dalam berbagai kesempatan menyatakan bahwa Indonesia tidak ingin lagi hanya menjadi eksportir bahan mentah, tetapi juga menjadi pemain utama dalam rantai pasok global untuk produk bernilai tambah tinggi seperti baterai dan kendaraan listrik.
Kolaborasi Indonesia-Eropa Dorong Ekonomi Berkelanjutan
Kerja sama antara Eramet dan Danantara juga dapat dibaca sebagai bagian dari upaya diplomasi ekonomi dan kolaborasi lintas kawasan untuk mendorong pembangunan industri yang berkelanjutan. Eropa, sebagai pasar kendaraan listrik yang terus berkembang, membutuhkan pasokan bahan baku yang stabil dan terverifikasi secara lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).
Dengan rekam jejak Eramet dalam praktik tambang berkelanjutan dan misi Danantara sebagai investor strategis nasional, proyek ini berpeluang menjadi percontohan investasi hijau yang memperkuat hubungan bilateral dan mendorong transisi energi di kedua kawasan.

Alif Bais Khoiriyah
Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.