Penurunan Laba Bank Maybank Indonesia di Tengah Pertumbuhan Kredit: Analisis Tahun 2024
- Senin, 24 Februari 2025

JAKARTA - Bank Maybank Indonesia (BNII) mengungkapkan penurunan laba bersih yang signifikan sebesar 36,02 persen pada tahun 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Data ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat pertumbuhan kredit dan pembiayaan syariah yang menggembirakan, tantangan lain di sektor keuangan membayangi performa positif tersebut.
Pertumbuhan Kredit dan Pembiayaan Syariah
Pada tahun 2024, Bank Maybank Indonesia mencatat peningkatan yang cukup substansial dalam penyaluran kredit dan pembiayaan syariah sebesar 11,5 persen secara tahunan. Angka ini mencapai total Rp116,45 triliun. Peningkatan ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperluas basis nasabah dan menunjukkan daya tarik produk keuangan syariahnya di tengah masyarakat.
Efek Peningkatan Beban Bunga dan Syariah
Meskipun pendapatan bunga dan syariah mengalami kenaikan signifikan 10,1 persen secara tahunan, dengan total Rp13,062 triliun, sisi lain dari neraca keuangan menunjukkan tantangan berupa peningkatan beban bunga dan syariah sebesar 28,08 persen, atau setara dengan Rp5,956 triliun. Peningkatan beban ini menyebabkan pendapatan bunga dan syariah mengalami penurunan 1,7 persen menjadi Rp7,105 triliun.
"Dalam jangka panjang, kita perlu memperhatikan bagaimana beban bunga mempengaruhi profitabilitas operasional," ujar Steffano Ridwan, Presiden Direktur Bank Maybank Indonesia.
Peningkatan Pendapatan Operasional dan Beban
Selain itu, pendapatan operasional lainnya tumbuh 17,1 persen menjadi Rp2,386 triliun. Namun, kenaikan pendapatan ini diimbangi oleh peningkatan beban operasional lainnya sebesar 12,9 persen menjadi Rp5,516 triliun. Beban yang meningkat ini berkontribusi pada menyusutnya laba operasional bank sebesar 32,3 persen menjadi Rp1,588 triliun.
Penurunan Laba Bersih dan Laba Per Saham
Pada akhirnya, Bank Maybank Indonesia harus menghadapi kenyataan bahwa laba bersihnya turun drastis 36,02 persen menjadi Rp1,115 triliun. Penurunan ini berefek langsung pada laba per saham dasar yang turun ke level Rp14,64 per lembar pada akhir tahun 2024, dibandingkan dengan Rp22,87 per lembar di akhir tahun 2023. Penurunan laba per saham ini tentu memberikan dampak pada persepsi investor terhadap kinerja perusahaan di bursa saham.
Kenaikan Simpanan Nasabah dan Total Aset
Meskipun laba bersih mengalami penurunan, laporan keuangan Bank Maybank Indonesia yang telah diaudit mencatat pertumbuhan positif pada simpanan nasabah. Simpanan nasabah mencapai Rp119 triliun, naik 3,47 persen dari Rp115,5 triliun di tahun sebelumnya. Di samping itu, total aset bank juga mengalami peningkatan sebesar 15,2 persen menjadi Rp197,17 triliun pada akhir tahun 2024. Hal ini menunjukkan bahwa Bank Maybank Indonesia berhasil memperkuat posisinya sebagai salah satu lembaga keuangan yang solid meskipun menghadapi tekanan dalam peningkatan beban operasional dan bunga.
Prospek ke Depan
Menghadapi tantangan ini, Bank Maybank Indonesia diharapkan dapat mengkaji kembali strategi penentuan harga dan pengelolaan beban operasionalnya. Peningkatan pendapatan operasional di satu sisi harus berlaku sejajar dengan upaya mengendalikan kenaikan beban untuk memastikan pertumbuhan laba bersih yang berkelanjutan ke depannya.
Presiden Direktur Bank Maybank Indonesia, Steffano Ridwan, menyatakan, "Kami akan terus fokus pada pertumbuhan sehat dalam kredit dan pembiayaan syariah, tapi kami juga akan lebih bijak dalam mengelola beban operasional agar dapat menjaga profitabilitas perusahaan."
Adaptasi dalam mengelola tantangan ekonomi serta dinamika pasar di tahun 2024 menjadi prioritas Bank Maybank Indonesia untuk tetap menjaga kepercayaan nasabah dan investor ke depannya. Dengan peningkatan aset dan simpanan, serta langkah bijak dalam strategi pembiayaan dan pengeluaran, bank ini diharapkan dapat mengubah tantangan menjadi peluang pertumbuhan.

Yoga
Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.