JAKARTA — Dokter kandungan asal Indonesia, Dr. Prita Kusumaningsih, SpOG, berhasil menyelesaikan misi kemanusiaannya di Gaza selama dua belas hari. Ia tergabung dalam Tim Medis Darurat atau Emergency Medical Team (EMT) kedua yang dikirim oleh Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) untuk membantu penanganan medis di wilayah konflik Jalur Gaza.
Dalam tugasnya di Rumah Sakit Al-Nasser yang berada di Khan Younis, Gaza, dr. Prita membantu proses persalinan, termasuk operasi sesar pada seorang ibu yang diketahui telah menjalani delapan kali operasi sesar. Kasus tersebut menurutnya sangat jarang terjadi di Indonesia.
“Saya baru kali ini menemukan kasus persalinan dengan berkali-kali sesar, karena seharusnya kalau di Indonesia itu, tiga atau empat kali operasi sudah harus disterilisasi,” ujar dr. Prita dalam keterangan pers di Jakarta.
Ibu tersebut melahirkan bayi perempuan dalam kondisi selamat, dan bahkan meminta dr. Prita untuk memberikan nama pada sang bayi. Dengan penuh haru, ia menamai bayi tersebut Fatimah Az-Zahra.
Menurut dr. Prita, RS Al-Nasser mencatat tingkat kelahiran yang cukup tinggi. Dalam sehari, setidaknya 20 bayi dilahirkan, meskipun angka ini menurun dibandingkan sebelum adanya gencatan senjata sementara.
“Tingginya angka kelahiran ini di satu sisi menjadi harapan akan lahirnya generasi baru Palestina. Anak-anak ini bisa jadi kelak menggantikan orang tua mereka yang gugur sebagai syuhada akibat genosida Israel,” ungkapnya.
Namun, kondisi para bayi yang lahir di Gaza memprihatinkan. Sebagian besar dari mereka lahir dalam kondisi prematur dan memiliki berat badan yang sangat rendah. Salah satu bayi yang berusia dua bulan dan masih berada dalam inkubator hanya memiliki berat 1,2 kilogram.
“Saat lahir berat badannya rendah. Saat sudah berusia dua bulan pun berat badannya hanya 1,2 kilogram,” jelas dr. Prita.
Ia menambahkan bahwa kekurangan nutrisi tidak hanya dialami oleh bayi, tetapi juga oleh para ibu hamil. Kondisi darurat dan minimnya akses pangan menyebabkan malnutrisi massal di Gaza.
“Bukan karena ibunya tidak peduli, tapi mereka juga kekurangan asupan gizi yang parah,” tegas dr. Prita yang juga menjabat sebagai Bendahara BSMI.
Sebagai solusi darurat, Prita menyarankan agar bantuan kemanusiaan yang dikirim ke Gaza mencakup makanan bernutrisi siap saji untuk ibu hamil dan menyusui, termasuk suplemen penambah ASI atau ASI booster.
“Saya juga mengusulkan untuk mengirim ASI Booster dalam paket bantuan kemanusiaan selanjutnya,” tambahnya.
Misi kemanusiaan EMT BSMI ke Gaza ini merupakan kolaborasi dengan lembaga kemanusiaan internasional Rahma Worldwide. Ketua Tim EMT BSMI ke-2, Prof. Dr. dr. Basuki Supartono, SpOT, FICS, MARS, menyebutkan bahwa sejak Ramadhan 2025, BSMI telah mengirimkan dua tim medis ke Gaza yang terdiri dari total tujuh dokter spesialis.
“Sudah tujuh dokter spesialis dari BSMI bertugas di Gaza dan insyaAllah kita akan terus rotasi tim medis karena memang kebutuhan tenaga medis di dalam Gaza sangat diperlukan,” ujarnya di Jakarta.
Selain pelayanan medis, Tim EMT BSMI juga melakukan pendampingan pendidikan bagi dokter residen dan koas di RS Al-Nasser. Mereka turut memberikan pelatihan penggunaan teknologi stem cell untuk perawatan luka, mengingat keterbatasan alat medis di Gaza.
“RS Al-Nasser adalah rumah sakit pendidikan, sehingga banyak dokter muda di sana yang kami latih terkait pengobatan luka dengan stem cell,” terang Prof. Basuki.
Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional BSMI, M. Djazuli Ambari, menegaskan bahwa kondisi di Gaza bukan hanya persoalan politik, tapi merupakan tragedi kemanusiaan yang harus segera ditangani oleh komunitas internasional.
“Kami menyerukan kepada seluruh pihak, khususnya komunitas internasional, untuk segera menghentikan serangan di Gaza dan mendorong terciptanya gencatan senjata jangka panjang. Ini soal kemanusiaan, bukan sekadar geopolitik,” tegas Djazuli.
Melalui pengiriman tim medis secara bergilir, BSMI berkomitmen untuk terus hadir membantu masyarakat Gaza, yang kini hidup dalam situasi krisis akut. Bantuan kesehatan, makanan, dan pendidikan terus menjadi prioritas dalam misi kemanusiaan tersebut.