JAKARTA – PT Waskita Karya (Persero) Tbk mencatat kemajuan signifikan dalam proses restrukturisasi utangnya sepanjang tahun 2024. Perusahaan pelat merah ini berhasil memangkas beban utang sebesar Rp14,7 triliun melalui berbagai skema restrukturisasi dengan 22 kreditur perbankan, menurunkan total utangnya menjadi Rp69,3 triliun.
Langkah strategis ini menjadi bagian penting dari pemulihan menyeluruh kinerja keuangan dan operasional perseroan. Corporate Secretary Waskita Karya, Ermy Puspa Yunita, menyatakan bahwa tahun 2024 merupakan momentum krusial bagi perusahaan untuk memperkuat kembali struktur keuangan serta memulihkan aktivitas bisnis.
“Skema restrukturisasi tersebut telah efektif sejak 17 Oktober 2024. Berkat restrukturisasi yang dijalankan, perseroan menjadi lebih optimal dalam menata keuangannya,” ungkap Ermy dalam keterangan resmi.
Waskita Karya juga berhasil merestrukturisasi obligasi non-penjaminan senilai Rp3,35 triliun yang mencakup tiga seri obligasi. Kesepakatan ini dicapai melalui Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO), yang memperkuat upaya perusahaan dalam menstabilkan struktur liabilitasnya.
Ermy menjelaskan bahwa selain aspek keuangan, perusahaan juga melakukan restrukturisasi operasional dengan fokus menjadi kontraktor murni. Strategi ini difokuskan pada proyek-proyek dengan skema pembayaran bulanan dan menghindari skema turnkey (pembayaran di akhir proyek) untuk menjaga kestabilan modal kerja.
“Dalam konteks restrukturisasi operasional, perusahaan menitikberatkan pada pemulihan kegiatan operasional inti. Strategi ini mengedepankan pengerjaan proyek dengan skema pembayaran bulanan, guna menjaga stabilitas modal kerja,” jelasnya.
Langkah ini membuahkan hasil positif. Secara standalone, Waskita mencatatkan laba berjalan sebesar Rp4,8 triliun. Keuntungan ini utamanya didorong oleh pengakuan keuntungan atas modifikasi utang serta perbaikan rasio Beban Pokok Pendapatan terhadap Pendapatan Usaha, yang menyebabkan peningkatan margin laba kotor dari 0,6% pada 2023 menjadi 5,7% di tahun 2024.
Secara konsolidasi, EBITDA Waskita melonjak drastis sebesar 347%, dari negatif Rp0,4 triliun menjadi positif Rp0,9 triliun. Peningkatan ini merupakan hasil efisiensi beban usaha, peningkatan pendapatan lain-lain, dan divestasi sebagian saham pada ruas Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi).
Di sisi lain, beban keuangan berhasil ditekan 1,8% dari Rp4,4 triliun menjadi Rp4,3 triliun. Penurunan ini sejalan dengan hasil restrukturisasi dan divestasi aset strategis.
“Pada tahun lalu, perseroan juga berkontribusi terhadap negara dengan pembayaran pajak sebesar Rp1,8 triliun secara konsolidasi,” ujar Ermy.
Dari sisi proyek, Nilai Kontrak Baru (NKB) yang diraih perseroan sepanjang 2024 mencapai Rp9,55 triliun. Sementara itu, realisasi pendapatan usaha secara konsolidasi mencapai Rp10,7 triliun atau 101% dari target Revisi Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
Waskita juga aktif dalam program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Sepanjang 2024, perusahaan menggelontorkan dana sebesar Rp4,4 miliar. Dana tersebut mencakup Rp2,9 miliar untuk program Pendanaan Usaha Mikro dan Kecil (PUMK) yang membina 94 mitra, serta Rp1,5 miliar untuk program non-PUMK yang mencakup 10 kegiatan sosial.
Program-program TJSL yang dilaksanakan antara lain penanaman pohon, bantuan untuk korban bencana, pelatihan UKM, mudik gratis, pengadaan sarana air bersih, pengelolaan sampah, penyaluran beasiswa, dan penyediaan fasilitas pendidikan.
“Kegiatan TJSL Waskita Karya terbagi ke dalam empat pilar yaitu sosial, ekonomi, lingkungan, serta hukum dan tata kelola. Sepanjang tahun lalu, anggaran TJSL Waskita banyak disalurkan ke pilar ekonomi hingga Rp3,16 miliar,” tutur Ermy.
Melalui upaya restrukturisasi menyeluruh dan komitmen terhadap tata kelola yang baik, PT Waskita Karya (Persero) Tbk menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang positif. Perseroan menegaskan akan terus memperkuat posisi bisnis dan kontribusinya terhadap pembangunan nasional dan masyarakat.