Rating PT Wijaya Karya Resmi Diturunkan Pefindo: Ancaman Berkelanjutan untuk Industri Konstruksi

Kamis, 20 Februari 2025 | 12:00:40 WIB
Rating PT Wijaya Karya Resmi Diturunkan Pefindo: Ancaman Berkelanjutan untuk Industri Konstruksi

JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo baru-baru ini menurunkan peringkat obligasi dan Sukuk PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). Langkah ini menimbulkan perhatian karena WIKA merupakan salah satu pemain utama dalam industri konstruksi di Indonesia. Pefindo menurunkan peringkat Obligasi Berkelanjutan II Tahap II/2022 Seri A dari idCCC menjadi idD dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II/2022 Seri A dari idCCC(sy) menjadi idD(sy). Pada saat yang sama, peringkat perusahaan itu sendiri juga diturunkan dari idCCC menjadi idSD dengan CreditWatch dan Implikasi Negatif.

Menurut Pefindo, langkah ini diambil setelah WIKA gagal memenuhi kewajiban pembayaran pokok Obligasi Berkelanjutan II Tahap II/2022 Seri A sebesar 593,9 miliar rupiah dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap II/2022 Seri A sebesar 412,9 miliar rupiah yang jatuh tempo pada 18 Februari 2025. Pefindo dalam rilis resminya, Kamis, 20 Februari 2025, mencatat bahwa kegagalan membayar ini adalah inti dari penurunan peringkat tersebut.

Selain itu, Pefindo mempertahankan peringkat Obligasi Berkelanjutan I, Obligasi Berkelanjutan II Tahap I dan Tahap II Seri B dan C, serta Obligasi Berkelanjutan III di idCCC. Hal serupa dilakukan untuk Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I, Sukuk Mudharabah Berkelanjutan II Tahap I dan Tahap II Seri B dan C, serta Sukuk Mudharabah Berkelanjutan III yang tetap di idCCC(sy). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada penurunan peringkat, tidak semua obligasi dan Sukuk WIKA mengalami dampak yang sama.

Peringkat idCCC sendiri menandakan bahwa emiten memiliki kerentanan yang tinggi terhadap kemungkinan default meskipun masih ada kapasitas untuk memenuhi kewajiban keuangan. Penurunan peringkat ke idD atau idSD menunjukkan bahwa emiten telah mengalami atau hampir pasti mengalami default pada instrumen keuangan tertentu.

WIKA, yang didirikan pada tahun 1961, merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) besar di Indonesia yang bergerak dalam berbagai bidang, mulai dari investasi, realti dan properti, infrastruktur dan gedung, energi dan industri, hingga manufaktur. Sebagai bagian dari rekam jejak WIKA, perusahaan ini dipercaya untuk menggarap berbagai proyek besar berskala nasional. Meski berstatus sebagai pemain lama dan memiliki portofolio prestisius, permasalahan pada aspek keuangan menjadi tantangan serius bagi WIKA.

“Kami dapat meninjau kembali peringkat jika WIKA mampu menyelesaikan kewajiban pembayaran pokok Obligasi dan Sukuk yang sudah jatuh tempo,” ujar perwakilan Pefindo. Pernyataan ini menunjukkan bahwa peluang WIKA untuk memperbaiki peringkatnya masih ada, meskipun jalan untuk mencapainya tentu tidak mudah.

Dalam rangka meningkatkan kepercayaan investor dan memperbaiki kondisi finansial, WIKA kemungkinan akan berupaya melakukan langkah-langkah restrukturisasi keuangan. Hal ini termasuk mengevaluasi kembali proyek-proyek yang sedang berjalan, mengamankan pendanaan tambahan, atau bahkan menjual beberapa aset yang tidak terlalu strategis guna meningkatkan likuiditas.

WIKA saat ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia dengan kepemilikan saham sebesar 91,02% dan sisanya oleh publik sebesar 8,98%. Dalam konteks ini, sebagai BUMN, WIKA memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional, sehingga permasalahan finansial ini bukan hanya menjadi beban bagi perusahaan, tetapi juga menjadi perhatian bagi pemerintah serta pemegang saham publik.

Keadaan ini juga memberikan dampak tidak langsung terhadap industri konstruksi nasional secara keseluruhan. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban keuangan dapat menggerogoti kepercayaan investor terhadap obligasi korporasi lainnya, terutama di sektor yang sama. Selain itu, penurunan peringkat ini berpotensi untuk meningkatkan biaya pendanaan di masa depan bagi WIKA dan industri sejenis. Dengan demikian, tantangan yang dihadapi WIKA dapat berimbas lebih luas terhadap perekonomian nasional, terutama mengingat pentingnya sektor konstruksi dalam pertumbuhan ekonomi.

Di tengah situasi yang tidak menguntungkan ini, para pemangku kepentingan diharapkan untuk melakukan upaya lebih guna membantu WIKA dalam melakukan reformasi keuangan yang diperlukan. Kerja sama antara perusahaan dengan pemerintah serta lembaga keuangan lainnya menjadi kunci dalam menjaga stabilitas keuangan dan keberlanjutan operasional WIKA ke depan.

Kesimpulannya, penurunan peringkat WIKA oleh Pefindo adalah cerminan dari tantangan kompleks yang dihadapi oleh industri konstruksi saat ini. Mengingat peran penting perusahaan dalam pembangunan nasional, WIKA diharapkan dapat segera menyelesaikan permasalahan keuangannya dan kembali menjadi ujung tombak di sektor konstruksi di Indonesia. Perjalanan ini membutuhkan komitmen penuh dari manajemen perusahaan dan dukungan dari semua pemangku kepentingan untuk mencapai pemulihan yang diharapkan.

Terkini