Pengertian Aggregate Demand, Komponen, hingga Rumusnya

Kamis, 26 Juni 2025 | 15:04:01 WIB
pengertian aggregate demand

JAKARTA - Pengertian aggregate demand adalah ukuran penting untuk melacak permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa dalam perekonomian suatu negara.

Perhitungan ini menunjukkan bagaimana elemen-elemen ekonomi, seperti kekayaan masyarakat dan pinjaman bisnis, saling berpengaruh satu sama lain. 

Bagi pelaku bisnis atau siapa saja yang membuat keputusan keuangan, memahami pengertian aggregate demand dapat memberikan wawasan penting untuk menganalisis kondisi ekonomi yang ada.

Pengertian Aggregate Demand

Pengertian aggregate demand merujuk pada total permintaan terhadap barang dan jasa pada tingkat harga tertentu dalam periode waktu tertentu. 

Dalam jangka panjang, permintaan agregat ini setara dengan produk domestik bruto (PDB) karena keduanya dihitung menggunakan metode yang serupa. 

PDB mengukur nilai total barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara dalam setahun, sementara permintaan agregat mengukur permintaan terhadap barang dan jasa yang telah diproduksi.

Meskipun keduanya memiliki hubungan erat, permintaan agregat hanya akan sebanding dengan PDB jika harga disesuaikan. 

Hal ini penting karena dalam jangka pendek, permintaan agregat mengukur output total pada tingkat harga tertentu sebelum inflasi diperhitungkan. 

Dalam pengukurannya, permintaan agregat mencakup ekspor, impor, belanja pemerintah, serta barang modal.

Aggregate demand sangat penting untuk membantu para profesional ekonomi menilai kondisi perekonomian suatu negara. 

Dengan melihat fluktuasi permintaan agregat, para ahli bisa mengidentifikasi apakah suatu negara sedang mengalami perlambatan atau bahkan resesi, serta bagaimana negara tersebut bisa keluar dari resesi. 

Permintaan agregat juga berfungsi untuk mengukur pengaruh harga terhadap produktivitas.

Keterkaitannya dengan PDB sangat jelas karena keduanya dihitung dengan cara yang sama: PDB merupakan total barang yang diproduksi, sedangkan permintaan agregat merupakan keinginan untuk barang-barang tersebut. 

Saat permintaan terhadap produk tertentu meningkat, seperti dalam contoh perubahan teknologi smartphone, perusahaan akan menambah produksi untuk memenuhi permintaan tersebut, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan lapangan kerja dan aktivitas bisnis.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aggregate Demand

Dalam ekonomi, terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi permintaan agregat (aggregate demand). Berikut adalah beberapa di antaranya:

Perubahan Suku Bunga

Fluktuasi suku bunga dapat mempengaruhi keputusan konsumsi dan investasi baik bagi konsumen maupun pelaku bisnis. 

Penurunan suku bunga biasanya menyebabkan biaya pinjaman menjadi lebih murah untuk barang-barang bernilai tinggi, seperti kendaraan, perabot rumah tangga, hingga properti. 

Kondisi ini akan mendorong peningkatan konsumsi dan belanja modal oleh perusahaan. 

Sebaliknya, jika suku bunga naik, biaya pinjaman akan semakin tinggi, yang menyebabkan pengeluaran cenderung melambat dan bisa berujung pada penurunan permintaan agregat. 

Kenaikan suku bunga dapat mempengaruhi pengeluaran secara langsung, dengan menurunnya kemampuan konsumen dan bisnis untuk berbelanja atau berinvestasi.

Tingkat Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat

Ketika pendapatan nasional meningkat, secara otomatis pendapatan rumah tangga pun ikut meningkat, yang akan berdampak pada kenaikan permintaan agregat. Sebaliknya, saat pendapatan menurun, permintaan agregat akan berkurang. 

Terutama ketika suatu negara mengalami resesi, dampaknya sangat terasa pada menurunnya permintaan untuk barang dan jasa. 

Jika masyarakat merasa kondisi perekonomian stabil, mereka cenderung akan meningkatkan pengeluaran dan mengurangi tabungan mereka. 

Namun, saat resesi terjadi, mereka akan lebih fokus untuk menabung dan mengurangi pengeluaran.

Perubahan Ekspektasi Inflasi

Ketika inflasi meningkat, harga barang dan jasa cenderung ikut naik. Jika masyarakat menduga bahwa harga-harga akan terus meningkat, mereka cenderung membeli barang dan jasa lebih cepat sebelum harga-harga tersebut naik lebih tinggi lagi. 

Hal ini akan meningkatkan permintaan agregat. Sebaliknya, jika masyarakat berharap harga-harga akan turun dalam waktu dekat, mereka mungkin akan menunda pembelian, yang akhirnya dapat menurunkan permintaan agregat.

Perubahan Nilai Tukar Mata Uang

Fluktuasi nilai tukar mata uang dapat berdampak signifikan pada permintaan agregat. Ketika nilai mata uang suatu negara menurun atau terdepresiasi, harga barang, terutama barang impor, akan menjadi lebih mahal. 

Hal ini mengarah pada berkurangnya daya beli masyarakat, sehingga dapat menurunkan permintaan agregat. 

Sebaliknya, jika mata uang suatu negara menguat, harga barang impor menjadi lebih murah, yang dapat mendorong konsumsi dan meningkatkan permintaan agregat.

Selain itu, kondisi ekonomi baik pada tingkat nasional maupun internasional juga memengaruhi permintaan agregat. 

Dalam periode resesi, misalnya, konsumen dan produsen akan lebih berhati-hati dalam pengeluaran mereka, sehingga pengajuan kredit akan menurun. 

Dampaknya, pengeluaran untuk konsumsi dan produksi akan berkurang, dan banyak pelaku bisnis yang menghadapi kerugian akibat penurunan penjualan atau keterbatasan modal. 

Banyak perusahaan yang terpaksa mengurangi jumlah karyawan, bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), yang menyebabkan angka pengangguran meningkat. Faktor lain yang mempengaruhi permintaan agregat adalah utang. 

Utang memainkan peran penting dalam menentukan tingkat permintaan agregat karena pengeluaran untuk konsumsi dan investasi bergantung pada jumlah pendapatan serta besaran pinjaman. 

Misalnya, jika seseorang memiliki pendapatan yang lebih kecil daripada pengeluaran, dia mungkin harus meminjam uang untuk menutupi kekurangannya. 

Sebaliknya, jika seseorang memiliki pengeluaran lebih rendah dari pendapatannya, dia akan menyisihkan tabungan. 

Jika banyak masyarakat mengajukan pinjaman, itu mencerminkan tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap kondisi ekonomi negara, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan agregat.

Namun, jika perekonomian negara sedang mengalami penurunan, masyarakat cenderung lebih berhati-hati dan menghindari pembelian barang mahal serta mengurangi pengajuan kredit. 

Hal ini menyebabkan penurunan pada permintaan agregat.

Komponen Aggregate Demand

Agar pemahaman tentang aggregate demand semakin jelas, berikut adalah beberapa komponen yang memengaruhi permintaan agregat, yang terdiri dari empat sektor ekonomi makro:

Konsumsi

Konsumsi adalah komponen dalam permintaan agregat yang mewakili pengeluaran rumah tangga untuk barang dan jasa. Faktor utama yang memengaruhi konsumsi adalah pendapatan disposabel, atau pendapatan setelah pajak. 

Jika pendapatan disposabel meningkat, maka konsumsi dan tabungan juga akan meningkat. 

Berapa banyak rumah tangga mengkonsumsi atau menabung dari pendapatan tambahan ini, tergantung pada kebiasaan rumah tangga yang dapat diukur melalui kecenderungan konsumsi marginal dan kecenderungan menabung marginal. 

Karena pendapatan disposabel dipengaruhi oleh pajak, perubahan pajak juga akan memengaruhi tingkat konsumsi dan tabungan rumah tangga. 

Penurunan pajak pribadi memberikan lebih banyak uang yang dapat dibelanjakan atau ditabung, sedangkan kenaikan pajak akan mengurangi pengeluaran rumah tangga. 

Faktor lain yang memengaruhi konsumsi adalah ekspektasi konsumen, inflasi, kekayaan, dan suku bunga. Namun, pendapatan disposabel adalah faktor yang paling dominan dalam menjelaskan tingkat konsumsi.

Investasi

Investasi adalah komponen kedua dalam aggregate demand yang merujuk pada pengeluaran bisnis untuk membeli barang dan jasa, terutama yang digunakan untuk investasi dalam modal fisik yang penting untuk kapasitas produksi perusahaan. 

Keputusan investasi sangat bergantung pada perkiraan keuntungan yang diharapkan dan biaya pendanaan. Ekonom sering menggunakan PDB riil sebagai proksi untuk mengukur keuntungan yang diharapkan. 

Ketika PDB riil mengalami ekspansi, pengembalian investasi yang diharapkan lebih tinggi, sementara saat PDB riil mengalami kontraksi, investasi cenderung menurun karena permintaan barang dan jasa yang lemah. 

Biaya pendanaan, yang biasanya diukur menggunakan suku bunga riil (tingkat bunga nominal yang disesuaikan dengan inflasi), juga berperan penting. 

Suku bunga riil yang rendah akan mengurangi biaya investasi, sementara suku bunga riil yang tinggi akan meningkatkan biaya investasi.

Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah dianggap sebagai variabel eksogen karena keputusan pengeluaran ini tidak dipengaruhi oleh variabel ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, suku bunga, atau nilai tukar mata uang. 

Hal ini berarti pengeluaran pemerintah ditentukan oleh kebijakan yang bersifat independen terhadap perubahan kondisi ekonomi lainnya.

Ekspor Bersih

Ekspor bersih atau ekspor netto adalah selisih antara ekspor dan impor. 

Ekspor mencerminkan permintaan asing terhadap barang dan jasa dari dalam negeri, sementara impor menggambarkan permintaan domestik terhadap barang dan jasa asing. 

Komponen ekspor bersih ini dipengaruhi oleh pendapatan serta harga relatif antara ekonomi domestik dan ekonomi global. 

Secara agregat, pertumbuhan PDB riil mencerminkan pendapatan suatu negara, sementara tingkat inflasi mencerminkan harga umum di negara tersebut. 

Karena perdagangan internasional melibatkan mata uang yang berbeda-beda, nilai tukar juga mempengaruhi tingkat harga, sehingga para ekonom lebih sering menggunakan nilai tukar riil dibandingkan nilai tukar nominal dalam menilai permintaan agregat. 

Peningkatan PDB riil domestik cenderung meningkatkan permintaan barang impor dan mengurangi ekspor netto, sementara penurunan harga barang domestik akan membuat barang-barang tersebut lebih terjangkau bagi negara lain, sehingga meningkatkan ekspor netto.

Dari keempat komponen aggregate demand di atas, dapat terlihat bahwa permintaan agregat memiliki hubungan erat dengan output agregat. Dalam teori ekonomi Keynesian, permintaan agregat adalah konsep yang sangat penting. 

Dalam teori ini, pemerintah berusaha merangsang permintaan agregat untuk mencapai tingkat lapangan pekerjaan penuh (full employment). Meningkatkan permintaan agregat diperlukan untuk meningkatkan output agregat. 

Namun, peningkatan permintaan agregat saja tidak cukup, kecuali perekonomian memiliki kapasitas cadangan untuk memproduksi barang dan jasa yang diminta. 

Jika kapasitas produksi sudah penuh, maka meningkatkan permintaan agregat tidak akan meningkatkan output agregat. 

Sebaliknya, jika permintaan agregat melebihi output agregat yang tersedia, maka hal ini justru akan meningkatkan impor. Jika tidak ada tambahan pasokan barang, maka akan muncul tekanan inflasi.

Rumus Aggregate Demand

Sebagai penutup, Permintaan agregat ditentukan dengan menjumlahkan kurva permintaan individu dari berbagai sektor yang ada dalam perekonomian. Persamaan untuk permintaan agregat adalah:

Permintaan agregat = C + I + G + Nx

Keterangan:

C = Pengeluaran Konsumsi

Pengeluaran konsumsi merupakan komponen terbesar dalam permintaan agregat perekonomian. Ini mencakup total pengeluaran rumah tangga dan individu untuk barang dan jasa. 

Pengeluaran ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pendapatan per kapita, suku bunga, dan utang. Namun, pengeluaran untuk pembangunan tempat tinggal tidak termasuk dalam kategori ini.

I = Pengeluaran Investasi

Pengeluaran investasi meliputi jumlah total yang dibelanjakan untuk barang dan jasa modal baru. 

Ini termasuk investasi dalam struktur non-perumahan dan perumahan, mesin, serta perlengkapan lainnya yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa.

G = Belanja Pemerintah

Belanja pemerintah mencakup seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah untuk sektor publik, termasuk fasilitas, layanan kesehatan, investasi, dan lainnya yang digunakan untuk mendukung kebutuhan masyarakat.

Nx = Ekspor Bersih

Ekspor merupakan barang yang diproduksi oleh perusahaan domestik dan dijual ke luar negeri, sementara impor adalah barang yang diproduksi di luar negeri dan dijual di dalam negeri. Ekspor bersih dihitung sebagai selisih antara ekspor dan impor.

Sebagai penutup, dengan memahami pengertian aggregate demand, kita dapat melihat bagaimana faktor-faktor ekonomi berinteraksi untuk mempengaruhi total permintaan dalam perekonomian.

Terkini