JAKARTA - BPJS Kesehatan Cabang Ungaran menunjukkan komitmennya untuk memberikan layanan kesehatan prima dan mendorong dukungan teknologi sebagai upaya mempercepat dan mempermudah akses pelayanan bagi masyarakat. Hal ini disampaikan dalam acara temu media yang digelar di Susan Resort Bandungan, Kabupaten Semarang, belum lama ini.
Dalam pertemuan tersebut, berbagai isu terkait pelayanan BPJS Kesehatan menjadi topik utama, termasuk kebijakan penonaktifan sekitar 7,3 juta peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Kepala BPJS Kesehatan Cabang Ungaran, Subkhan, menjelaskan bahwa penonaktifan ini merupakan hasil penyesuaian data dengan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).
“Penonaktifan peserta PBI JKN dilakukan berdasarkan validasi data bersama DTSEN. Namun, bagi peserta yang masih membutuhkan layanan kesehatan, dapat melakukan aktivasi kembali dengan proses validasi ulang,” tegas Subkhan. Ia menambahkan bahwa BPJS terus berupaya agar seluruh peserta yang berhak dapat mengakses layanan tanpa hambatan.
Sejak berdiri lebih dari satu dekade lalu, BPJS Kesehatan Cabang Ungaran terus menerima masukan dari media dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Subkhan juga menjelaskan perkembangan terkait implementasi Kamar Rawat Inap Standar (KRIS) yang saat ini masih menunggu Peraturan Presiden baru yang dijadwalkan terbit pada tahun 2025.
“Kami pastikan bahwa implementasi KRIS tidak akan mengurangi kualitas pelayanan yang diberikan kepada peserta,” ujar Subkhan. Ia menambahkan bahwa BPJS Kesehatan Cabang Ungaran telah menjangkau hampir 99 persen dari total peserta di wilayahnya, yang meliputi Kota Salatiga, Kabupaten Kendal, dan Kabupaten Semarang.
Digitalisasi pelayanan menjadi fokus utama dalam upaya mempercepat layanan dan memperluas akses bagi masyarakat. “Kami terus mendorong digitalisasi layanan bersama mitra kerja, sehingga pelayanan menjadi lebih mudah dan cepat,” kata Subkhan.
Program JKN menurut Subkhan tidak hanya berdampak pada peningkatan harapan hidup masyarakat, tetapi juga memberikan efek positif pada perekonomian daerah. “Program ini memperluas lapangan kerja dan mengurangi angka kemiskinan,” ujarnya.
BPJS Kesehatan Cabang Ungaran juga aktif menyalurkan anggaran untuk berbagai fasilitas kesehatan di wilayah kerjanya. Total anggaran yang telah disalurkan mencapai Rp1,4 triliun dengan fokus pemerataan pelayanan, terutama di daerah pinggiran yang masih minim akses layanan kesehatan.
Dukungan dan edukasi kepada masyarakat juga dilakukan oleh mitra kerja BPJS Kesehatan. Ade Siti Hajar Noviana dari Klinik dr. Arifah Nirwati menyampaikan bahwa kliniknya aktif dalam sosialisasi dan edukasi pelayanan preventif. Klinik ini rutin melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan untuk 14 jenis penyakit guna mendeteksi dan mencegah penyakit sejak dini.
Sementara itu, dr. Hasti Wulandari dari RSUD dr. Gunawan Mangunkusumo menuturkan bahwa sekitar 93 persen pasien yang dilayani rumah sakit tersebut merupakan peserta BPJS Kesehatan. “Sebagian besar keberlangsungan rumah sakit sangat bergantung pada kerjasama dengan BPJS Kesehatan,” jelasnya.
Untuk meningkatkan pelayanan, RSUD dr. Gunawan Mangunkusumo meluncurkan aplikasi MAS KUSUMO yang memudahkan proses pendaftaran dan layanan pasien secara digital. Namun, dr. Hasti mengakui ada tantangan dalam literasi teknologi bagi sebagian masyarakat.
“Tantangan utama kami adalah keterbatasan literasi teknologi di kalangan pasien. Oleh karena itu, edukasi terus kami lakukan kepada pasien yang datang setiap hari agar dapat memanfaatkan aplikasi dengan baik,” jelas dr. Hasti.
BPJS Kesehatan Cabang Ungaran menegaskan komitmennya untuk terus memberikan layanan prima melalui inovasi teknologi dan pemerataan distribusi finansial bagi masyarakat. Transformasi digital dan pendekatan personal terhadap peserta diharapkan mampu meningkatkan kepuasan dan kualitas layanan kesehatan nasional.
BPJS Kesehatan Cabang Ungaran terus berinovasi dalam pelayanan dengan mengedepankan transformasi digital dan pemerataan akses kesehatan. Penonaktifan peserta PBI yang menyesuaikan data dengan DTSEN menjadi bagian dari upaya memastikan layanan tepat sasaran. Dukungan dari mitra kerja dan teknologi digital seperti aplikasi MAS KUSUMO menjadi alat penting dalam menghadapi tantangan literasi teknologi serta memperkuat layanan di seluruh wilayah kerja cabang ini.