JAKARTA — Petani padi di Kabupaten Tabanan, khususnya di Desa Antosari, Kecamatan Selemadeg Barat, menghadapi kendala besar dalam proses panen padi. Mereka kesulitan mencari tukang tebas atau buruh panen, yang mengakibatkan hampir 70 persen petani terlambat dalam memanen hasil pertanian mereka. Fenomena ini terjadi akibat menurunnya minat warga lokal untuk bekerja sebagai tukang tebas, yang berimbas pada penurunan kualitas hasil panen padi.
Kesulitan Mencari Tukang Tebas
Di Desa Antosari, yang saat ini telah memasuki masa panen, banyak petani yang terpaksa mencari tukang tebas dari luar daerah, terutama dari Pulau Jawa. Namun, menurut petani setempat, keterbatasan jumlah tukang tebas yang tersedia, serta periode panen yang bersamaan dengan libur Hari Raya, menjadi faktor penyebab utama kesulitan tersebut.
I Wayan Widhiarta, salah satu petani yang merasakan dampak dari masalah ini, mengungkapkan bahwa sejak banyak tukang tebas asal Jawa kembali ke kampung halaman mereka, pekerjaan ini menjadi semakin sulit ditemukan. "Tukang tebas kebanyakan dari Jawa, nah kemarin masa panen berbarengan dengan hari raya, terutama lebaran," ujar Widhiarta saat ditemui di kediamannya.
Akibat keterlambatan dalam mencari tukang tebas, banyak petani yang terpaksa menunda proses panen padi mereka. Hal ini menyebabkan hasil pertanian menjadi kurang optimal, dengan kualitas yang menurun. Widhiarta menambahkan, "Kalau terlambat panen, kualitas padi tidak bagus. Kadar air berkurang dan padi menjadi ringan. Ketika jadi beras, otomatis bulirnya patah-patah."
Kualitas Padi Menurun Akibat Terlambat Panen
Keterlambatan panen dapat mempengaruhi kualitas hasil pertanian secara signifikan. Salah satu dampak utamanya adalah berkurangnya kadar air dalam padi, yang membuat bulir padi menjadi lebih ringan. Padi yang terlambat dipanen juga cenderung patah-patah saat proses penggilingan menjadi beras. Hal ini menyebabkan petani merugi, karena hasil beras yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar kualitas yang diharapkan.
Widhiarta berharap agar masalah ini segera mendapatkan perhatian dari pemerintah. "Saya berharap petani dibantu dengan mesin combine kecil yang sesuai dengan kondisi lahan di Tabanan. Mesin tersebut bisa membantu mempercepat proses panen dan mengurangi ketergantungan pada tukang tebas," ujarnya.
Solusi Menggunakan Mesin Combine Kecil
Sebagai solusi untuk mengatasi masalah kekurangan tukang tebas, Widhiarta mengusulkan agar petani di Tabanan diberikan bantuan mesin panen combine kecil. Mesin ini dianggap lebih efisien dan sesuai dengan kondisi lahan pertanian di Tabanan yang memiliki luas relatif kecil. Widhiarta menjelaskan, "Ada mesin combine yang kecil yang sesuai dengan kondisi lahan di Tabanan, harganya kisaran Rp 135 juta. Kalau petani seperti kami, harganya tentu sangat mahal dan belum mampu membelinya."
Ia menambahkan bahwa jika setiap kelompok tani atau subak di Tabanan diberikan satu unit mesin combine kecil, maka proses panen dapat dilakukan dengan lebih cepat dan efisien. "Panen kan tidak barengan, jadi bisa koordinasi dengan subak-subak lain sehingga bisa lebih cepat panennya. Apalagi mesin combine ini kapasitasnya 1 hektar hanya perlu waktu 4 jam untuk panen," kata Widhiarta.
Harapan untuk Dukungan Pemerintah
Widhiarta berharap agar pemerintah dapat memberikan dukungan dalam bentuk bantuan mesin combine kecil untuk para petani di Tabanan. Dengan adanya mesin ini, petani dapat mengatasi keterlambatan panen yang seringkali berujung pada penurunan kualitas padi. "Kami berharap ini bisa dibantu pemerintah. Jika ada bantuan mesin, kami yakin proses panen akan lebih efisien dan kualitas padi juga akan terjaga," harapnya.
Dampak Ekonomi dan Ketahanan Pangan
Kesulitan dalam proses panen padi yang dialami petani di Tabanan tidak hanya berdampak pada pendapatan petani, tetapi juga dapat mempengaruhi ketahanan pangan di daerah tersebut. Panen yang terlambat dan kualitas padi yang menurun dapat mengurangi stok beras lokal yang tersedia. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah konkret dalam mendukung petani agar proses panen dapat berjalan lancar dan kualitas hasil pertanian tetap terjaga.
Dengan adanya bantuan alat modern seperti mesin combine kecil, petani dapat mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja eksternal dan meningkatkan efisiensi produksi pertanian. Selain itu, program semacam ini dapat memperkuat sektor pertanian di Kabupaten Tabanan, meningkatkan kesejahteraan petani, dan mendukung ketahanan pangan nasional.