Karier Pemain Diaspora Timnas Indonesia di Kompetisi Asia: Dari Awal yang Menjanjikan hingga Terpinggirkan

Rabu, 07 Mei 2025 | 10:57:37 WIB
Karier Pemain Diaspora Timnas Indonesia di Kompetisi Asia: Dari Awal yang Menjanjikan hingga Terpinggirkan

JAKARTA - Timnas Indonesia kini dihuni oleh sejumlah pemain keturunan, dengan total 19 pemain diaspora yang menjadi bagian dari skuad Garuda racikan pelatih Patrick Kluivert. Sebagian besar dari mereka berkiprah di liga-liga Asia, seperti Jepang, Malaysia, dan Australia. Namun, meskipun memiliki awal yang menjanjikan, beberapa dari mereka kini mulai terpinggirkan, kehilangan tempat di tim utama klub, bahkan di Timnas Indonesia sendiri.

Pemain-pemain seperti Jordi Amat, Rafael Struick, dan Sandy Walsh sempat mencuri perhatian dengan penampilan mengesankan di awal karier mereka di Asia. Namun, perjalanan mereka di kompetisi Asia kini mulai menghadapi tantangan, seiring dengan berkurangnya menit bermain dan posisi mereka di klub masing-masing.

Jordi Amat: Sukses di Malaysia, Tapi Terancam Tergusur

Jordi Amat, bek tengah berusia 33 tahun asal Spanyol, adalah salah satu contoh pemain diaspora Indonesia yang sempat meraih kesuksesan besar di Asia. Sejak bergabung dengan Johor Darul Ta'zim (JDT) pada Juli 2022, Amat telah memenangkan sejumlah gelar bergengsi, termasuk dua gelar Liga Super Malaysia, Piala FA Malaysia, dan Supercup Malaysia. Pemain yang sebelumnya pernah bermain di klub-klub top Eropa seperti Real Betis ini juga berperan penting sebagai kapten tim.

Namun, meskipun tercatat meraih kesuksesan, menit bermain Amat di musim 2024/2025 mulai berkurang. Di Liga Super Malaysia, Amat hanya bermain 15 kali dari 24 pertandingan, dengan kontribusi dua gol dan satu assist. Ia sering kali absen karena alasan yang belum dijelaskan secara rinci. Hal ini membuat posisi Amat dalam skuad JDT mulai dipertanyakan.

"Tidak dapat dimungkiri saya sangat bangga mengenakan kostum JDT sejak bergabung dengan tim ini tiga musim lalu. Klub ini sungguh mengagumkan," ujar Amat dalam wawancara dengan Harian Metro. "Saya tetap menghormati manajemen dan minggu depan baru akan mengetahui informasi mengenai status kontrak, kita tunggu saja," lanjutnya, menambah ketidakpastian tentang masa depannya di klub tersebut.

Sandy Walsh: Manis di Awal, Namun Terpinggirkan

Sandy Walsh, bek serbabisa Timnas Indonesia yang berkarier di Jepang bersama Yokohama F. Marinos, juga menghadapi perjalanan yang penuh liku. Bergabung dengan klub tersebut pada awal Februari 2025, Walsh awalnya menjadi pemain penting di jantung pertahanan. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai kesulitan untuk mendapatkan tempat di tim utama.

Pada pertandingan perempat final AFC Champions League (ACL) melawan Al Nassr pada 27 April 2025, Yokohama F. Marinos mengalami kekalahan telak 1-4, dan Walsh hanya duduk di bangku cadangan. Ia tidak diberi kesempatan untuk bertanding melawan bintang besar Cristiano Ronaldo. Dalam lima pertandingan J1 League musim ini, Walsh hanya bermain tiga kali sebagai starter dan mencatat tiga penampilan di AFC Champions League Elite.

"Saya mencoba tetap fokus dan bekerja keras agar bisa kembali ke posisi terbaik di tim," ujar Walsh dalam sebuah wawancara setelah pertandingan tersebut. "Tapi persaingan di tim sangat ketat, dan saya harus terus berusaha agar bisa mendapatkan kesempatan bermain lebih banyak."

Rafael Struick: Kehilangan Tempat di Brisbane Roar

Sementara itu, perjalanan Rafael Struick di Australia bersama Brisbane Roar juga mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pemain muda keturunan Belanda-Indonesia ini memulai kariernya dengan menjanjikan, menjadi starter di A-League 2024/2025 dan mencetak gol pertamanya ke gawang Sydney FC pada November 2024. Namun, setelah beberapa pertandingan awal yang menjanjikan, Struick mulai kehilangan tempat di skuad utama.

Dari enam pertandingan pertama di Brisbane Roar, Struick tercatat bermain selama 194 menit dan mencetak satu gol. Namun, dalam 12 pertandingan berikutnya, ia hanya bermain sekali selama tiga menit dan lima kali duduk di bangku cadangan. Bahkan, Struick tidak tercantum dalam skuad Brisbane Roar yang menang 2-1 atas Western United .

Manajemen dan pelatih Brisbane Roar, Ruben Zadkovich, belum memberikan penjelasan mengenai mengapa Struick kehilangan tempatnya di tim. "Saya hanya bisa terus berlatih keras dan menunggu kesempatan. Meskipun situasinya sulit, saya tidak akan menyerah," ujar Struick dengan penuh tekad.

Tantangan Karier Pemain Diaspora Indonesia di Asia

Karier pemain diaspora Indonesia di Asia memang diwarnai dengan berbagai tantangan. Meskipun banyak dari mereka yang tampil menjanjikan di awal karier, persaingan yang ketat di klub-klub Asia, serta ketidakpastian posisi di Timnas Indonesia, membuat sebagian dari mereka harus menghadapi kenyataan terpinggirkan. Menurunnya menit bermain dan absen dalam beberapa pertandingan menjadi masalah serius bagi pemain-pemain ini, yang sebelumnya sempat menjadi andalan.

Namun, meskipun menghadapi masa-masa sulit, para pemain diaspora ini tetap berusaha untuk menjaga profesionalisme mereka dan terus berjuang mendapatkan kembali tempat di tim utama klub masing-masing. Dengan tekad dan kerja keras, mereka berharap bisa kembali tampil maksimal baik di level klub maupun Timnas Indonesia.

Bagi pelatih Patrick Kluivert dan manajemen Timnas Indonesia, perkembangan para pemain diaspora ini menjadi perhatian utama. Keberhasilan atau kegagalan mereka di kompetisi Asia dapat memengaruhi keputusan seleksi pemain untuk berbagai ajang internasional mendatang. Sebagai salah satu negara dengan jumlah pemain diaspora yang cukup banyak, Indonesia harus memaksimalkan potensi yang dimiliki para pemain ini untuk membawa timnas meraih kesuksesan lebih besar di level Asia dan dunia.

Terkini