Saham Garuda Indonesia di Titik Terendah: Tantangan dan Prospek ke Depan
- Jumat, 07 Maret 2025

Jakarta - Pergerakan saham PT Garuda Indonesia (GIAA) mengalami tren penurunan yang signifikan. Pada perdagangan Jumat, 7 Maret 2025, saham perusahaan pelat merah ini dibuka pada nilai Rp 40, namun turun 1 poin atau 2,50 persen menjadi Rp 39. Pergerakan ini menandai tantangan yang dihadapi maskapai nasional tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Data Perdagangan Saham GIAA
Frekuensi perdagangan saham GIAA pada hari ini mencapai 209 kali, dengan total volume 7,67 juta saham dan nilai transaksi mencapai Rp 303,37 juta. Data ini menunjukkan minat yang masih ada di kalangan investor terhadap saham GIAA meskipun terus mengalami penurunan, Jumat, 7 Maret 2025.
Melihat perjalanan historis nilai saham GIAA, lima tahun lalu, tepatnya pada 2020, saham ini berada di angka Rp 313. Namun, sejak saat itu, terjadi tren penurunan yang konsisten. Pada 2021, nilai saham turun menjadi Rp 267, kemudian melemah lagi menjadi Rp 221 di 2022. Penurunan cukup drastis terjadi pada 2023 dengan nilai saham mencapai Rp 176, dan di 2024 merosot lebih jauh hingga Rp 130. Kini, di awal Maret 2024, nilai saham GIAA menyentuh titik terendah di Rp 39.
Suspensi Saham oleh Bursa Efek Indonesia
Sejarah fluktuasi saham Garuda Indonesia juga dipengaruhi oleh tindakan suspensi yang dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 18 Juni 2021. Langkah ini dilakukan karena Garuda Indonesia menunda pembayaran kupon sukuk globalnya, yang memicu kekhawatiran di kalangan investor.
Namun, suspensi tersebut akhirnya dicabut oleh BEI pada sesi perdagangan pertama tahun 2023, tepatnya pada 3 Januari. Pencabutan ini terjadi setelah Garuda Indonesia merampungkan restrukturisasi kinerja pada akhir 2022. Salah satu langkah penting dalam restrukturisasi ini adalah penerbitan instrumen restrukturisasi baru yang dikenal dengan 'New Sukuk'.
Pandangan Narasumber
Dalam upaya mendapatkan pandangan lebih mendalam mengenai kondisi terkini dan prospek ke depan Garuda Indonesia, seorang analis pasar modal menyatakan, "Kinerja saham Garuda Indonesia yang terus menurun memang mencerminkan tantangan besar yang dihadapi perusahaan ini. Mulai dari manajemen keuangan, hingga persaingan dengan maskapai lain di tengah pemulihan industri penerbangan. Namun, langkah-langkah restrukturisasi merupakan langkah positif yang dapat membuka jalan bagi perbaikan di masa mendatang."
Sementara itu, pihak Garuda Indonesia melalui juru bicaranya menyampaikan optimismenya terhadap upaya perbaikan yang dilakukan. "Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kinerja operasional dan finansial perusahaan. Upaya restrukturisasi yang telah kami lakukan pada akhir tahun lalu diharapkan bisa mengembalikan kepercayaan investor dan memperbaiki posisi keuangan kami secara bertahap," ujar juru bicara tersebut.
Tantangan dan Peluang ke Depan
Tren penurunan saham ini tidak hanya menggambarkan kondisi Garuda Indonesia secara individual, tetapi juga merefleksikan tantangan yang dihadapi industri penerbangan secara keseluruhan. Dengan pemulihan sektor penerbangan yang berjalan lambat pasca pandemi, perusahaan harus berpacu dengan waktu untuk mengatasi berbagai tantangan internal dan eksternal.
Pada saat yang sama, restrukturisasi keuangan yang dilakukan dan pencabutan suspensi saham memberikan peluang bagi Garuda Indonesia untuk memperbaiki citra di mata publik dan pelaku pasar. Salah satu langkah strategis yang dapat diambil adalah meningkatkan efisiensi operasional dan memperkuat layanan untuk menarik lebih banyak penumpang.

Tri Kismayanti
Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Bank Raya Perkuat Ekosistem Digital UMKM Lewat Fitur Kasir di Saku Bisnis
- Rabu, 16 April 2025
Berita Lainnya
Bank Raya Perkuat Ekosistem Digital UMKM Lewat Fitur Kasir di Saku Bisnis
- Rabu, 16 April 2025