Jakarta - Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2025 mencatatkan kenaikan signifikan dibanding bulan sebelumnya, menunjukkan tekanan inflasi yang meningkat menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri. Berdasarkan data resmi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi bulanan (month-to-month/mtm) pada Maret 2025 mencapai 1,65%, dengan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) sebesar 1,03%, Rabu, 9 April 2025.
Kondisi ini menunjukkan adanya pergerakan harga yang cukup aktif selama bulan Maret, seiring dengan peningkatan permintaan masyarakat jelang Lebaran dan dinamika harga komoditas global.
Meski demikian, inflasi inti – yang mencerminkan inflasi jangka menengah dan panjang dengan mengecualikan komoditas yang harganya sangat fluktuatif – tetap terjaga dalam batas yang wajar. Tercatat, inflasi inti Maret 2025 berada di angka 0,24% (mtm), hanya sedikit lebih rendah dibandingkan bulan Februari yang sebesar 0,25% (mtm).
“Perkembangan inflasi inti tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan harga beberapa komoditas global dan kenaikan permintaan menjelang Idulfitri, di tengah ekspektasi inflasi yang tetap terkendali,” tulis Bank Indonesia dalam pernyataan resminya.
Inflasi inti secara tahunan juga tercatat stabil di angka 2,48% (yoy), tidak mengalami perubahan dari bulan sebelumnya. Stabilitas ini menjadi sinyal positif bahwa tekanan harga dari sisi permintaan masih dalam kendali, meskipun terdapat lonjakan harga musiman.
Emas Perhiasan Jadi Penyumbang Utama Inflasi Inti
Salah satu kontributor utama terhadap inflasi inti pada Maret 2025 adalah komoditas emas perhiasan. Kenaikan harga emas global yang dipicu oleh ketidakpastian geopolitik dan fluktuasi nilai tukar mendorong harga di pasar domestik turut meningkat. Emas, sebagai instrumen investasi yang diminati masyarakat, turut memberikan tekanan terhadap inflasi inti bulan ini.
Bank Indonesia Pastikan Inflasi 2025 Akan Terkendali
Menanggapi perkembangan ini, Bank Indonesia (BI) menegaskan komitmennya untuk menjaga stabilitas harga. Melalui koordinasi aktif dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), BI terus mendorong sinergi dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat dan daerah, untuk mengendalikan laju inflasi.
BI juga akan terus memperkuat pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah sebagai bagian dari strategi menjaga harga pangan tetap stabil.
“Ke depan, Bank Indonesia meyakini inflasi akan tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5±1% pada 2025,” ujar Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Rabu, 9 April 2025.
Pernyataan tersebut menunjukkan optimisme bank sentral dalam menjaga target inflasi nasional tetap dalam koridor yang telah ditetapkan, yakni antara 1,5% hingga 3,5% sepanjang tahun ini.
Respons Pemerintah dan Prospek Ekonomi Ke Depan
Pemerintah juga mencermati tren inflasi ini sebagai bagian dari upaya menjaga daya beli masyarakat, khususnya menjelang momen-momen penting seperti Idulfitri yang biasanya memicu lonjakan harga barang kebutuhan pokok.
Langkah antisipatif dan responsif terus dilakukan, antara lain melalui stabilisasi pasokan dan distribusi pangan, serta operasi pasar yang dilaksanakan secara rutin di berbagai wilayah.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan Bank Indonesia dan pemerintah, prospek inflasi ke depan dinilai masih dalam jalur yang sehat. Hal ini didukung oleh ekspektasi inflasi yang tetap rendah, nilai tukar yang stabil, serta daya beli masyarakat yang tetap terjaga.