Harga Minyak Dunia Stagnan Usai Penurunan Bulanan Terbesar Sejak 2021, OPEC+ Diprediksi Akan Tambah Produksi dan Picu Kekhawatiran Pasokan Berlebih
- Kamis, 01 Mei 2025

JAKARTA - Harga minyak mentah dunia mengalami stagnasi setelah mencatat penurunan bulanan terbesar sejak 2021. Sentimen pasar masih dibayangi kekhawatiran bahwa aliansi OPEC+ yang dipimpin Arab Saudi mungkin akan memasuki periode produksi tinggi yang berkepanjangan, ditambah ketidakpastian dari perang dagang global yang diprediksi bakal menekan permintaan energi.?
Minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan di kisaran US$58 per barel setelah turun 3,7% pada Rabu, sementara kontrak Brent teraktif ditutup mendekati US$61 per barel. Reuters melaporkan bahwa pejabat Arab Saudi telah memberi tahu sekutu dan pelaku industri bahwa negara tersebut mampu bertahan dalam periode harga rendah yang berkepanjangan. Hal ini memperkuat kekhawatiran bahwa eksportir minyak terbesar dunia itu akan mendorong OPEC+ untuk kembali meningkatkan pasokan dalam pertemuan pekan depan.?
OPEC+ sempat mengejutkan pasar minyak pada awal April dengan keputusan tiba-tiba untuk menaikkan produksi lebih besar dari perkiraan, memicu kekhawatiran akan kelebihan pasokan global. Di saat yang sama, negara-negara non-anggota seperti Kanada dan Guyana juga meningkatkan produksi mereka. Sementara itu, harapan akan terobosan cepat dalam negosiasi dagang yang dipimpin AS semakin memudar, sehingga memperburuk prospek permintaan energi.?
Baca Juga
Data terbaru pada Rabu menunjukkan ekonomi AS mengalami kontraksi untuk pertama kalinya sejak 2022. Aktivitas manufaktur di China pun anjlok ke level terendah sejak Desember 2023. Kabar ini menutupi data positif bahwa stok minyak mentah dan bensin AS mengalami penurunan pekan lalu.?
Menurut Morgan Stanley, permintaan minyak global pada April tetap di angka 102 juta barel per hari, tidak berubah dibandingkan tahun lalu. Padahal sebelumnya bank tersebut memperkirakan adanya peningkatan sebesar 500.000 barel per hari. “Ketidakpastian terhadap prospek ekonomi kemungkinan menjadi penyebab stagnasi pertumbuhan, dengan impor nafta di Asia Timur — indikator utama permintaan industri — anjlok ke level terendah dalam lima tahun,” tulis analis Morgan Stanley, Prateek Kedia dan Natasha Kaneva, dalam sebuah catatan.?
Harga:?
-Minyak WTI untuk pengiriman Juni naik 0,2% ke US$58,34 per barel pada pukul 07.18 waktu Singapura.?
-Minyak Brent untuk pengiriman Juli turun 3,5% menjadi US$61,06 per barel pada penutupan Rabu.?
Sementara itu, OPEC+ berencana untuk meningkatkan produksi secara bertahap mulai April 2025, dengan target produksi baru sebesar 40,46 juta barel per hari. Namun, keputusan ini menuai kritik dari beberapa anggota, termasuk Kazakhstan, yang menilai bahwa peningkatan produksi tersebut dapat merugikan negara-negara dengan biaya produksi tinggi.?
Dalam pertemuan OPEC+ berikutnya, diperkirakan akan dibahas kembali kebijakan produksi untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar dan ekonomi global yang terus berubah.?
Dengan ketidakpastian yang masih membayangi pasar energi global, para pelaku industri dan investor akan terus memantau perkembangan kebijakan OPEC+ dan dinamika ekonomi global yang dapat mempengaruhi harga minyak di masa depan.

Yoga
Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.