
JAKARTA -Menjelang bulan suci Ramadhan, banyak masyarakat mulai sibuk mengatur keuangan agar dapat memenuhi kebutuhan selama bulan penuh berkah ini tanpa harus mengandalkan pinjaman online (pinjol). Firman, seorang warga Depok, Jawa Barat, contohnya. Tahun ini, ia merasa lega karena kondisi keuangannya sedikit membaik, dan ia juga tidak berencana mengajukan pinjaman lagi seperti yang pernah dilakukannya tahun lalu.
Tekanan keuangan selama Ramadhan tahun lalu membuat Firman harus menggunakan jasa pinjaman online resmi yang sudah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memenuhi kebutuhan mendesak. Dari membiayai kebutuhan keluarga hingga membiayai tradisi membeli baju lebaran dan acara buka puasa bersama dengan teman-temannya, semua itu memaksa Firman untuk berutang.
“Tahun kemarin memang ada pinjam dari pinjol karena memang kondisi keuangan tidak mencukupi untuk masa Ramadhan menjelang Lebaran. Kalau ke depan sih kayaknya belum terpikir untuk pinjam,” ujar Firman kepada Tirto pada Jumat.
Ramadhan memang dikenal sebagai periode dengan peningkatan pengeluaran. Survei terbaru dari Jenius Study mengungkap mayoritas masyarakat mengalokasikan anggaran lebih pada bulan ini untuk membeli baju baru, mudik, zakat dan sedekah, acara buka puasa bersama, serta makan sahur dan berbuka.
Survei Jenius Study, yang meneliti perilaku finansial kaum digital savvy selama Ramadhan dan menjelang Idulfitri 2024, melibatkan 233 responden berusia antara 17 hingga 40 tahun. Temuan ini menunjukkan 43 persen responden mengalokasikan dana untuk membeli baju baru, 30 persen untuk mudik, 30 persen untuk zakat dan sedekah, sedangkan 29 persen dialokasikan untuk acara buka puasa serta makan sahur dan berbuka.
Berbicara mengenai pengelolaan keuangan, Firman menambahkan, "Intinya selama enggak butuh banget ya nggak perlu pinjam. Setelah pinjam usahakan bertanggung jawab. Tapi kalau memang ada kebutuhan urgensi terutama sebelum lebaran, bisa jadi opsional."
Pengalaman menggunakan pinjaman online yang tidak menyenangkan juga dirasakan oleh Dede, salah satu responden dengan pengalaman yang kurang baik dalam hal meminjam uang di platform online. Tahun lalu, dia terjebak dalam lingkaran setan gali lubang tutup lubang karena harus membayar pinjaman dari satu aplikasi ke aplikasi lainnya. Akibatnya, semua gaji beserta Tunjangan Hari Raya (THR) yang menjadi harapannya habis untuk melunasi utang-utang tersebut.
“Kapok sudah, kalau bisa mending enggak usah pinjol-pinjolan lagi,” Dede menyatakan dengan tegas saat diwawancarai oleh Tirto.
Fenomena ini memang bukanlah hal baru. Banyak masyarakat yang masih tergiur dengan kemudahan dan kecepatan pencairan dana pinjol, namun mengabaikan risiko tinggi yang mengintai, seperti bunga yang mencekik dan denda keterlambatan pembayaran. Masalah lain yang kerap muncul adalah keamanan data, di mana beberapa aplikasi pinjol yang tidak resmi kerap memanfaatkan data pribadi nasabah untuk hal-hal yang tidak sah.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri semakin gencar mengedukasi masyarakat untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan dan lebih selektif memilih jasa pinjol resmi. OJK juga telah memperketat pengawasan serta melakukan tindakan tegas bagi aplikasi keuangan ilegal guna melindungi konsumen dari praktik yang dapat merugikan.
Para pakar keuangan juga mendorong masyarakat untuk selalu merencanakan keuangan dengan baik. Memprioritaskan kebutuhan pokok, membuat anggaran, serta menabung untuk keperluan darurat adalah langkah bijak untuk menjaga kesehatan finansial. Dalam konteks Ramadhan, hal ini menjadi semakin penting mengingat banyaknya pengeluaran tak terduga yang kerap muncul.
Konsultan keuangan, Rini, menjelaskan, "Perencanaan keuangan yang baik adalah kunci untuk menghindari jebakan utang. Sebaiknya, alokasikan dana sesuai prioritas, dan selalu sisihkan untuk situasi darurat. Jika memang harus berutang, pastikan untuk meminjam dari lembaga yang terpercaya dan memiliki perencanaan pembayaran yang jelas."
Saat memasuki bulan Ramadhan, penting bagi masyarakat untuk tetap berfokus menjaga keseimbangan antara memenuhi kebutuhan sementara aktivitas ekonomi meningkat, dan tetap mempertahankan kebijakan finansial yang sehat. Hal ini sangat krusial agar setelah lebaran usai, mereka tidak tertinggal dalam tekanan finansial yang memberatkan.
Menjaga kesehatan finansial bukanlah sesuatu yang bisa dicapai dalam sekejap, tetapi memerlukan disiplin dan perencanaan yang matang. Dengan begitu, masyarakat dapat menjalani Ramadhan dan lebaran dengan lebih tenang dan damai tanpa harus terbebani oleh masalah keuangan yang tidak diinginkan.

Yoga
Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.