Kamis, 24 April 2025

Asing Tarik Dana Dari Perbankan, IHSG Berpotensi Merosot ke Level 6.000

Asing Tarik Dana Dari Perbankan, IHSG Berpotensi Merosot ke Level 6.000
Asing Tarik Dana Dari Perbankan, IHSG Berpotensi Merosot ke Level 6.000

JAKARTA - Pasar saham Indonesia saat ini berada dalam tekanan besar setelah anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke titik 6.270 pekan lalu. Kondisi ini memperpanjang tren penurunan yang telah berlangsung selama dua pekan berturut-turut. Salah satu faktor yang memicu penurunan ini adalah penarikan dana besar-besaran oleh investor asing. Hendra Wardana, seorang analis saham dan pendiri Stocknow.id, mengungkapkan bahwa perubahan peringkat Indonesia oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI) dari Equalweight menjadi Underweight memicu aksi jual yang luas, memperburuk sentimen pasar lebih lanjut.

Hendra menekankan bahwa jika tekanan terus berlanjut, bukan tidak mungkin IHSG akan menembus level psikologis 6.000. "Dalam skenario terburuk, IHSG bahkan bisa turun hingga 5.800," ujarnya dalam pernyataan tertulis yang disampaikan pada Senin, 3 Maret 2025.

Investor asing mencatatkan penjualan bersih atau net sell senilai Rp 7,67 triliun dalam sepekan terakhir, dengan pelepasan signifikan terjadi di sektor perbankan. Saham-saham dari bank terkemuka seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi sasaran utama dari aksi jual tersebut.

Penarikan dana asing tidak hanya didorong oleh faktor domestik, tetapi juga dipengaruhi oleh kondisi global. Hendra menjelaskan bahwa ketidakpastian global semakin meningkat setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan kenaikan tarif impor terhadap China, Kanada, dan Meksiko. Kebijakan yang diambil oleh Trump ini berpotensi menghambat perdagangan global dan memperlambat pertumbuhan ekonomi dunia.

Di saat yang sama, nilai tukar rupiah juga mengalami tekanan, mendekati angka Rp 16.550 per dolar AS. Kondisi ini menambah kekhawatiran di kalangan investor tentang ketahanan pasar saham domestik. Minimnya stimulus dari pemerintah dan regulator semakin membuat investor ragu terhadap prospek ekonomi Indonesia ke depan. "Isu kepercayaan terhadap kebijakan pemerintah dan prospek ekonomi nasional harus segera diatasi agar arus modal asing tidak semakin menjauh," kata Hendra.

Dalam jangka pendek, situasi ini menunjukkan adanya skepticisme yang besar dari investor asing terhadap pasar saham Indonesia. Ketidakpastian global yang meningkat dan lemahnya sentimen domestik memperberat beban IHSG. Namun, ada sedikit titik terang dari pasar obligasi, di mana investor asing mencatatkan pembelian bersih di Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 11,5 triliun sepanjang Februari 2025. Ini menandakan bahwa meski banyak tantangan, Indonesia masih dianggap menarik dari sisi instrumen pendapatan tetap.

Hendra menambahkan bahwa tanpa adanya langkah konkret dari pemerintah dan regulator, risiko keluarnya modal dalam jumlah yang lebih besar tetap terbuka lebar. Investor asing saat ini masih menunggu kepastian kebijakan oleh pemerintah yang dapat meningkatkan kepercayaan terhadap pasar modal.

Lebih dari itu, situasi ini menuntut respons cepat dari pihak berwenang untuk menghindari dampak negatif yang lebih parah terhadap perekonomian nasional. Kebijakan strategis dan dukungan stimulus yang tepat dapat meredam kekhawatiran investor dan mendorong pemulihan kepercayaan pada pasar saham Indonesia.

Dalam perkembangan terakhir, Bursa Efek Indonesia memantau situasi ini dengan seksama dan siap mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas pasar. Ekspektasi pasar akan sangat bergantung pada bagaimana langkah pemerintah selanjutnya dalam menanggapi keadaan ini.

Sebagai kesimpulan, meskipun IHSG saat ini berada dalam tekanan, peluang untuk perbaikan tetap ada. Investor masih berharap akan ada langkah konkrit yang dapat diambil pemerintah untuk mengatasi persoalan ini. Namun, hingga saat kepastian itu datang, tantangan bagi pasar saham Indonesia untuk tetap stabil akan terus berlanjut. Investor lokal dan asing kini menantikan langkah konkret dari pemerintah dan regulator untuk memberikan jaminan stabilitas lebih lanjut.

Yoga

Yoga

Insiderindonesia.com adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

Aktivitas Normal Pasca Lebaran, Bank Nagari Hadirkan Promo Cashback Pinjaman Hingga Rp750 Juta

Aktivitas Normal Pasca Lebaran, Bank Nagari Hadirkan Promo Cashback Pinjaman Hingga Rp750 Juta

PHK Massal di Bank Aladin Syariah, BEI Desak Keterbukaan Informasi dan Perlindungan Investor

PHK Massal di Bank Aladin Syariah, BEI Desak Keterbukaan Informasi dan Perlindungan Investor

Bank Raya Perkuat Ekosistem Digital UMKM Lewat Fitur Kasir di Saku Bisnis

Bank Raya Perkuat Ekosistem Digital UMKM Lewat Fitur Kasir di Saku Bisnis

OJK Resmi Berikan Izin Usaha kepada PT Teman Pialang Asuransi, Tegaskan Kepatuhan Praktik Usaha

OJK Resmi Berikan Izin Usaha kepada PT Teman Pialang Asuransi, Tegaskan Kepatuhan Praktik Usaha

OJK Bali Tangani 152 Pengaduan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Selama Triwulan Pertama 2025

OJK Bali Tangani 152 Pengaduan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Selama Triwulan Pertama 2025